MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sosial kemasyarakatan yang lahir sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah memiliki semangat moral untuk membantu pemerintah dalam menyejahterakan rakyat dengan cara-cara yang beradab.
Demikian disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas pada, Rabu (6/7) di acara Diskusi Publik “Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Sapi dan Derita Peternak” yang diadakan oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta secara hybrid.
Busyro menyebut, bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan dan gerakan etika, seringkali hadir di depan membantu pemerintah dalam mensejahterakan rakyat, lebih-lebih rakyat miskin dan terpinggirkan. Dalam konteks bencana pandemi covid-19 dan wabah PMK, kata Busyro, pemerintah harus menangani keresahan yang menyebabkan tekanan pada rakyat dengan serius. Jika pada bantuan sosial terjadi tindak pidana korupsi, maka dalam menangani PMK kejadian tersebut jangan sampai terulang kembali.
“Dalam kasus ini apakah pemerintah mau menjaga komitmen moralnya, benar-benar berpihak pada moralitas kerakyatan ?” tanya Busyro.
“Menggarisbawahi skandal PMK ini, itu sebetulnya berdampak pada aspek public trust atau kepercayaan publik pada pemerintah”. Tegasnya.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi sipil yang berkembang di Indonesia dan mancanegara, maka Muhammadiyah tidak mungkin diam melihat keadaan yang terjadi di tubuh banga Indonesia. Ia menegaskan bahwa keberpihakan Muhammadiyah terhadap rakyat atau bangsa Indonesia merupakan komitmen yang sejak lama dipegang.
“Dari komitmen Muhammadiyah yang selama ini tidak hanya soal PMK, tapi juga di soal-soal lain, di bidang-bidang lain Muhammadiyah selalu komitmen untuk menolong negara ini, pemerintah ini dengan cara yang adab”. Ungkap Busyro.
Cara beradab menurutnya adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama, Pancasila, kebangsaan, dan kerakyatan. Dalam melakukan advokasi kepada rakyat, baik melalui kebijakan dan lain-lain Muhammadiyah bersumber pada ilmu, sebab Muhammadiyah di sisi yang lain juga merupakan gerakan ilmu.
“Sebagai gerakan Islam yang berbasis pada ilmu, maka masukan-masukan yang tadi untuk isu-isu itu bagian dari komitmen kebangsaan Muhammadiyah, untuk melakukan gerakan kembali dan mengembalikan kultur politik, sistem politik, proses politik, dan mekanisme politik sekarang ini agar berbasis pada rakyat”. Tegas Busyro