MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Dalam Alquran Surat Al-A’raf ayat ke-56, Allah melarang umat manusia berbuat kerusakan di muka bumi ini setelah Allah memperbaikinya.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik,” demikian bunyi ayat tersebut.
Bertindak sebagai Khatib Salat Jumat di Masjid At Tanwir PP Muhammadiyah Jakarta, Jumat (22/10) mantan Ketua Umum PP IPM periode 2018-2020 Hafidz Syafaaturrahman menilai ayat tersebut berisi tentang kewajiban kaum muslimin melestarikan alam semesta.
“Bahkan tugas kita di muka bumi adalah sebagai abdun dan sebagai khalifah. Abdun itu taat, mengabdi kepada Allah dan khalifah itu adalah yang memakmurkan alam semesta ini. Jadi begitu jelas ketika kita manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, maka kita adalah utusan dari Allah untuk melestarikan alam semesta ini,” pesan Hafidz.
Ayat tersebut menurutnya mengandung dua makna penting, yaitu kata ‘fasad’ atau kerusakan dan kata ‘islah’ atau perbaikan. Meskipun kata fasad jelas pengertiannya, kata islah menurut Hafidz memiliki dimensi berbeda.
Islah, dianggap sebagai bagian dari sikap ihsan, yakni ikhtiar menyempurnakan kebaikan yang tidak ada putus-putusnya. Sebab, manusia melakukan kerusakan seperti sebuah siklus yang tidak pernah berhenti.
Di bagian terakhir ayat ke-56 Surat Al-A’raf, Hafidz menyebut bahwa kata khouf (takut) dan thoma’ (harapan) terkait dengan usaha islah di atas. Ujung dari semua unsur ini adalah membentuk pribadi yang teruji sifat keikhlasannya.
“Khoufan artinya kita sebagai makhluk yang abdi, merasa takut berbuat kerusakan. Wa thoma’an kita berharap dengan doa dan usaha ikhtiar melakukan perbaikan-perbaikan yang ada,” kata Hafidz.
“Sehingga di akhir, kita menjadi mukhlisin, orang-orang terbaik yang membuat perubahan. Jadi janganlah umat Islam ini seperti rumput yang kering, dibakar isu yang sedikit akhirnya semua berteriak tapi tidak ada perubahan dan bahkan itulah yang merusak persatuan kita sendiri,” tutup Hafidz.
Hits: 65