MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Meski dunia informasi semakin terbuka oleh teknologi, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sudarnoto Abdul Hakim menengarai gejala Islamophobia masih kuat dalam satu tahun belakang.
“Hari ini gerakan anti Islam berkembang luas di banyak negara termasuk Indonesia. Ternyata belum mati. Rasa-rasanya feeling saya, ketika Islam terus memainkan peran di kehidupan yang signifikan di dalam masyarakat, terutama peran kebangsaan dan kenegaraan, saya kira gerakan anti Islam terus tumbuh,” celetuknya dalam launching buku “Hidup itu Berjuang: Kasman Singodimejo 116 Tahun” di UMJ, Selasa (22/12).
Sudarnoto yang juga merupakan anggota di dalam tim yang berhasil memperjuangkan gelar pahlawan nasional bagi empat tokoh Muhammadiyah itu menganggap gejala Islamophobia dapat dibaca dari arah kebijakan hingga akademik.
“Saya ingat kehebohan RUU HIP, dibalik RUU HIP ada semangat ateisme dan anti Islam. Ini sudah jadi sentimen publik bahwa di belakangnya adalah sekulerisme radikal. Jadi Pak Kasman itu melihat gejala-gejalanya dan itu terjadi,” jelasnya.
Apa yang disampaikan Sudarnoto adalah dalam rangka mengulas pemikiran dan perjuangan Mr. Kasman Singodimedjo mengakomodasi umat Islam.
Pada konteks yang sama, Sudarnoto juga menyitir keberanian Mr. Kasman di dalam Sidang Konstituante 1957 ketika menyebutkan nama tokoh-tokoh anti Islam yang berusaha bermain kotor di dalam politik kebangsaan.
Lebih jauh, Mr. Kasman di bidang akademik menurut Sudarnoto juga menolak pendapat kalangan Islamophobia bahwa Islam diterima di Indonesia melalui penetrasi pasif.
“Justru Islam itu menjadi bagian penting dari bagian integrasi Indonesia. Islam tidak bisa lepas dari Indonesia dan Indonesia tidak bisa lepas dari keislaman,” ucapnya.
“Ini buku yang wajib dibaca tidak hanya bagi kalangan DPR tapi juga aktivis Muhammadiyah,” imbuh Sudarnoto. (afn)
Hits: 4