MUHAMMADIYAH.OR.ID, LAMPUNG— Tidak bisa dipungkiri, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam besar memiliki berbagai tantangan kepentingan. Mulai dari motif ekonomi, sosial, sampai dengan ideologi. Karena mengurus organisasi besar membutuhkan energi yang besar pula.
Oleh karena itu, menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam acara Silaturahmi dan Konsolidasi Organisasi se-Sumatera Bagian Selatan pada, Jumat (19/3) diperlukan sikap seksama, cerdas, elegan, dan selalu waspada di dalam menghadapi berbagai persoalan itu.
Di sisi lain dalam menghadapi masalah Muhammadiyah tidak boleh berkecil hati, maupun melarikan diri dari persoalan, sekaligus tidak boleh baper. Secara bersamaan tidak boleh menganggap enteng dan menyepelekan maupun nekad dengan menganggap sepele persoalan, baik itu masalah kecil maupun yang besar.
“Maka yang dituntut sikap keagamaan kita itu kita perlu sikap sajaa’ah yang seksama, waspada, berani tetapi semuanya dengan berbagai perhitungan yang matang. Tidak meremehkan tapi juga tidak hiperbolis, membesar-besarkan,” tuturnya.
Kepada pimpinan wilayah dan pimpinan Muhammadiyah ke bawah yang lain, Haedar mengingatkan bahwa tantangan besar ada, baik itu masalah kepentingan motif ekonomi, sosial, maupun ideologis. Belajar dari Perang Badar, Haedar ingatkan untuk waspada akan pengeroposan organisasi dari dalam sekaligus tidak boleh lengah dari strategi luar.
Guru Besar Sosiologi ini menegaskan, bahwa kader Muhammadiyah yang aktif di berbagai organisasi otonom (Ortom) harus belajar dari dinamika yang terjadi di Persyarikatan Muhammadiyah. Di segala perbedaan yang terjadi, melalui konsolidasi ideologis diharapkan tidak ada centang-perenang dalam tubuh Muhammadiyah ketika menghadapi suatu masalah.
Di hadapan menjamurnya gerakan ideologi keislaman yang ada, Haedar mengajak dalam menghadapi mereka dengan ilmu dan metodologi dengan kuat, tidak dengan asumsi-asumsi yang mengambang. Kecenderungan gerakan ideologi berbasis agama tidak bisa dipungkiri ada yang mengarah ke radikalisme, oleh karena itu tidak boleh menutup mata.
Bukan hanya di Islam, kecenderungan ini juga terjadi di agama-agama lain maka diperlukan tindakan yang objektif, ilmiah, maupun pemikiran yang teruji. Dalam melihat berbagai fenomena ini, Haedar menegaskan kembali bahwa Muhammadiyah melihatnya dengan seksama, tidak dengan ghuluw atau ekstrim.
Hits: 15