MUHAMMADIYAH.ID,YOGYAKARTA―Menyambut 5.279 mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (13/9) Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan ucapan selamat datang.
“Ananda sekalian, insyaallah tidak salah pilih. Bahkan merupakan sebuah kesyukuran dapat menjadi mahasiswa UMY biarpun di era pandemi tetap melakukan tingkat seleksi yang tinggi,” kata Haedar.
Selain menitipkan salam dan terima kasih atas kepercayaan para orang tua mahasiswa, Haedar juga berpesan agar mahasiswa baru universitas Muhammadiyah menumbuhkan kebanggaan terhadap almamater.
“Kebanggaan dalam makna yang positif yakni diterima di perguruan tinggi terpilih bahkan tahun ini mendapat predikat unggul yang tidak semuanya bisa. Bahkan menjadi 10 besar universitas di Indonesia,” tuturnya.
“Kebanggaan ini tentu mesti didorong, didukung, dan disertai dengan tekad yang kuat, kesungguhan yang kuat dan memanfaatkan segala peluang setelah diterima menjadi mahasiswa UMY sehingga tidak sekadar menjadi mahasiswa UMY tapi juga menjadi mahasiswa-mahasiswa yang terbaik dalam berbagai aspek sehingga kebangaan almamater itu menumbuhkan kebanggaan pribadi individual, tapi juga kebanggaan bagi orangtua serta kebanggaan bagi Persyarikatan Muhammadiyah, masyarakat dan bangsa Indonesia karena ananda memanfaatkan peluang itu untuk menjadi mahasiswa yang terbaik dalam berbagai aspek,” imbuh Haedar.
Para mahasiswa baru menurut Haedar juga layak bangga sebab mereka berada di antara 600 ribu mahasiswa Muhammadiyah yang menyumbang 10 persen dari total keseluruhan mahasiswa di Indonesia. Apalagi, Muhammadiyah memiliki 164 perguruan tinggi dan satu perguruan tinggi di Malaysia.
Kebanggaan sebagai bagian dari Persyarikatan Muhammadiyah ini menurut Haedar harus ditunjukkan dengan sikap menjadi generasi intelektual yang ulil albab.
“Terakhir, jika di belakang disebut intelektual islam merdeka menuju indonesia emas, kalian harus menjadi generasi ulul albab dalam referensi Islam. Yakni aladzina ya’buduna min kulli qasarin lubabuhu wa min dzahirin hadis sirruhu, yakni orang-orang yang punya kemampuan berpikir selain nalar verbal, tapi juga mampu menangkap apa yang ada di balik fenomena sekaligus juga membaca ayat-ayat semesta yang bersifat hakiki,” pesannya.