Oleh: Prof Haedar Nashir
Pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan umat manusia di seluruh dunia menjadi serbadarurat atau emergensi. Tidak kecuali bagi warga bangsa khususnya anak-anak tercinta kaum milenial di Indonesia. Keadaan berubah drastis dari normal menjadi abnormal dengan segala kesulitan hidup.
Sekolah harus daring dalam segala kerumitan dan ketidakpastian. Keluar rumah jelas tidak boleh dan rawan, lebih-lebih yang berpotensi kerumunan. Penyaluran bakat, hobi, bisnis, dan kegiatan yang selama ini berjalan lancar harus dibatasi dan bahkan ada yang tidak dapat dilaksanakan.
Mungkin sebagian orang termasuk kaum milenial merasa “unfaedah”, menjadi merasa tidak berguna. Begini salah, begitu salah. Maju kena mundur kena. Hidup terasa boring alias membosankan. Bertemu kawan tidak mudah. Kegiatan di rumah dari itu ke itu, sehingga menjadi rutin dan menjenuhkan.
Benarkah? Saya percaya masih banyak yang tetap berpikir dan bersikap positif dalam menghadapi keadaan pandemi Covid-19 yang berat ini. Bilamana ada yang merasa bosan, pesimis, dan kehilangan harapan maka saatnya bangkit. Tidak boleh larut dengan keadaan. Apalagi mengeluh dan putus asa.
Tentu tidak mudah hidup di tengah musibah. Tidak ada musibah karena wabah, bencana alam, dan apapun yang buruk itu menyenangkan. Lazim kalau terkena musibah kemudian orang tidak nyaman. Digambarkan dalam Al-Quran, “Sesungguhnya manusia diciptakan suka berkeluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan, apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. Kecuali, orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat” (QS Al-Ma’arij: 19-22).
Mari semua bangkit! Jangan larut dengan berkeluh kesah, jenuh, bingung, dan apalagi putus asa karena kondisi pandemi. Memang berat, tapi harus dijalani. Sikapi musibah dengan kesungguhan dan kesabaran, sebagaimana diajarkan agama, “Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang bersungguh-sungguh dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu” (QS Muhammad:31).
Kuncinya di mindset, alam pikiran. Ubah cara berfikir, dari negatif pada positif, dari pesimis menjadi optimis. Ketika jenuh, pindahkan ke hal yang gembira dan bermakna. Jangan biarkan diri menganggur, lakukan kegiatan apapun yang positif. Membaca sambil santai, menulis, berolahraga, bermedsos yang positif dan seperlunya, dan kegitan lain di rumah yang bermanfaat.
Ganti suasana di rumah dengan aktivitas yang positif dan menyenangkan. Dari rumah bisa berkorespondensi dengan kawan dan kerabat secara baik. Ciptakan suasana hati yang positif. Bersangka baik kepada keadaan. Di balik musibah ada hikmah. Hidup tidak selamanya suka, ada duka. Lebih bermakna lagi, cobalah mau peduli dan berbagi kepada siapapun yang tengah memerlukan uluran tangan kita. Sembari tetap jaga protokol kesehatan yang optimal.
Banyak saudara-saudara kita yang kesulitan hidup akibat dampak pandemi. Belajarlah berbagi dengan mereka, pasti membawa kebahagiaan di hati, dan hidup menjadi bermakna. Ingatlah banyak para dokter, tenaga kesehatan, petugas, dan relawan yang berjuang bertaruh nyawa untuk tugas kemanusiaan. Bahkan, banyak saudara kita yang kini sedang terkena positif Corona, serta di antaranya dipanggil Tuhan ke alam baqa.
Bagi saudara sebangsa yang sedang duka dan berhadapan dengan kesulitan, jangan menutup pintu harapan. Allah itu Maha Rahman dan Rahim. Masih banyak warga yang peduli dan empati. Berpikirlah positif. Jalin komunikasi dengan sesama warga agar terbuka saling membantu dan meringankan. Di balik kesulitan, ada kemudahan.
Bagi yang masih diberi karunia, berpikirlah konstruktif dan ambil peluang berbuat kebajikan. Beruntung di antara kita yang masih diberi waktu dan kesempatan menjalani hidup di rumah dalam keadaan normal. Tidak berjuang seperti mereka yang bertugas di garda depan dan menjadi benteng terakhir hadapi pandemi. Atau saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan hidup terdampak pandemi.
Jadi, tidak ada alasan hidup menjadi jenuh dan kosong. Banyak kesempatan untuk hidup positif dan berbuat kebaikan bagi sesama. Menjaga diri, berbuat yang bermanfaat, dan menjadikan diri bermakna sangatlah utama di saat kondisi berat ini. Bagi seluruh insan beragama, selain terus berikhtiar hadapi musibah, sama pentingnya berdo’a kepada Tuhan. Agar Allah meringankan dan mengangkat musibah berat ini atas Kuasa-Nya.
Khusus bagi kaum milenial. Ananda semua adalah harapan terbaik orangtua. Sebagai generasi pewaris masa depan Indonesia. Jadilah insan yang senantiasa berjiwa pejuang, optimis, dan menjalani kehidupan dengan gigih dan tangguh. Jangan lembek dan mudah menyerah. Mari bangkit. Alihkan energi untuk kegiatan-kegiatan positif. Tumbuhkan sikap peduli dan berbagi kepada sesama. Insya Allah hidup menjadi bermakna!