MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Pada pembukaan Kampung Kreativitas Nasional Muhammadiyah untuk Negeri 2021 yang digelar Jum’at (20/8), Haedar Nashir membacakan puisi yang berjudul “Kampoengku”.
Puisi tersebut kemudian juga dibacakan oleh Sastrawan Heru Joni Putra yang berduet dengan David K Alka, alumni INS Kayu Tanam dan dipublikasikan via kanal YouTube JIBPost
Sastrawan Heru Joni Putra merupakan tokoh seni 2017 versi Majalah Tempo. Buku puisi pertamanya berjudul “Badrul Mustafa Badrul Mustafa Badrul Mustafa” (2017) yang memperoleh penghargaan sebagai Buku Sastra Terbaik 2017 versi Majalah TEMPO. Buku tersebut sudah dialihbahasakan ke bahasa Inggris oleh George A Fowler dengan judul “Will Badrul Mustafa Never Die: Verse from the Front” (2020).
Sementara itu, David K Alka, puisi-puisinya sejak SMA di INS pernah dimuat di Majalah Sastra Horizon. Selain itu pernah menjadi nominasi dalam lomba menulis puisi antologi “Bung Hatta dalam Puisi” (2001). Sajaknya juga masuk dalam buku “Dian Sastro for President” (2004), Luka Aceh Duka Semua (2005), Muhammadiyah Sebagai Tenda Kultural (2004), dll. Pernah membaca puisi dai Kafe Sastra Jakarta, Ambon, Padang, Bengkulu, dll.
Perlu diketahui, INS Kayu tanam sendiri telah banyak melahirkan sastrawan-sastrawan kenamaan. Tokoh-tokoh yang pernah menempuh pendidikan di INS Kayu Tanam, di antaranya A.A. Navis, Mochtar Lubis (Pendiri Harian Indonesia Raya dan Majalah Horizon), Tarmizi Taher (Mantan Menteri Agama), dan masih banyak lagi.
Buka Kampung Kreativitas Nasional Muhammadiyah untuk Negeri tahun 2021, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sampaikan bahwa KH Ahmad Dahlan pro kebudayaan, dan menjadikan budaya sebagai sarana dakwah.
Dalam acara Kampung Kreativitas Nasional Muhammadiyah untuk Negeri ini Haedar meminta kepada kader dan elite Muhammadiyah untuk mendukung dan menaruh perhatian akselerasi kegiatan kebudayaan dan membangun kebudayaan berkemajuan. Kader dan elite Muhammadiyah tidak boleh anti terhadap kebudayaan, sebab menurut Fatwa Majelis Tarjih kebudayaan bukan suatu yang diharamkan.
Berikut puisi “Kampoengku” karya Prof. Haedar Nashir:
Kampoengku
Dulu ditulis Kampoeng
Sekarang dieja Kampung
Di Portugis aselinya Campo
Bernama sama di negeri serumpun
Berpenduduk rukun hidup berhimpun
Kampoengku
Ranah terkecil berhunikan warga
Alamnya kaya anugerah Allah Pencipta
Berkomunitas satu bermahkota budaya
Kuat adab taat beragama
Tonggak utama hidup berbangsa
Kampoengku
Engkau suluh masa laluku
Di rantau jauh orang mengenangmu
Pulang kampung terjadi selalu
Jalin ikatan kuat menyatu
Asa hidup menyala di kalbu
Kampoengku
Masihkah lugu seperti dulu
Alam dirawat sejiwa sekalbu
Setiap warga saling membantu
Masalah bersama dipecahkan selalu
Bersendi guyub rukun bersatu
Kampoengku
Apa jejakmu setanggguh dulu
Ketika zaman berubah arah
Media sosial mengubah wajah
Lingkungan kian tak ramah
Hubungan warga sarat ananiyah
Kampoengku
Ketika di tanahmu mewabah pandemi
Alam marah terkuras kerakusan
Warga terbelah berebut serpihan kepentingan
Sadarkanlah dengan jiwamu nan aseli
Agar Nur Ilahi datang merahmati
Kampoengku
Kami rindu paras aselimu
Tanah leluhur warisan generasimu
Antargolongan hidup damai bersatu
Gemah ripah unggul nan maju
Itulah Kampung Indonesiaku!