MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Praktik ta’awun (menolong) menurut Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan merupakan wujud praksisme semangat Al Ma’un.
Menurutnya, Muhammadiyah dalam melakukan gerakan sosial Islam, basisnya adalah semangat Al Ma’un yang berkarakter membebaskan (liberasi). Karakter ini adalah luaran yang ingin dilahirkan dalam praktik ta’awun.
“Jadi pembebasan atau liberasi adalah hal yang penting di dalam gerakan-gerakan Al Ma’un. Membebaskan orang dari kemiskinan, dari marjinalisasi, dari ketertinggalan, dan lain sebagainya,” ucapnya pada Jumat (17/9) dalam Forum Dialog yang diadakan Ta’awun Indonesia.
Dalam prosesnya, pembebasan memerlukan empowerment (pemberdayaan). Menurutnya, ta’awun dilakukan melalui kerja-kerja kolektif untuk memberdayakan kelompok maupun komunitas yang termarjinalkan.
Tahap selanjutnya, jika suatu komunitas sudah terberdayakan kemudian dilanjutkan pada proses memajukan. Oleh karena itu secara runtut, praktik ta’awun meliputi tiga tahapan yakni pembebasan, pemberdayaan, dan pemajuan komunitas marjinal/mustadh’afin.
“Kalau semua kekuatan elemen bangsa kita mampu melakukan sinergi terhadap semangat ta’awun ini kita akan bisa melakukan percepatan dari berbagai sendi kehidupan. Termasuk pendidikan, ekonomi, ilmu pengetahuan, agama, dan lain sebagainya,” ucapnya.
Dalam pengatamannya, Pemerintah Indonesia beruntung memiliki organisasi masyarakat (Ormas) termasuk yang berbasis keagamaan seperti Muhammadiyah yang memiliki semangat tinggi untuk bersinergi membantu dalam rangka kebaikan.
“Saya membayangkan kalau Indonesia tidak ada organisasi volunteerism yang mempunyai semangat untuk bersinergi, bergotong royong bersama-sama dalam rangka kebaikan. Saya tidak tahu kondisi bangsa kita,” ungkapnya.
Mengambil contoh konteks pandemi, Bachtiar menyebut, di Negara-negara maju dalam penanggulangan pandemi covid-19 kebanyakan beban penyelesaiannya dilakukan oleh Negara. Akan tetapi di Indonesia tidak demikian, sebab banyak ormas yang gotong royong dan proaktif membantu Negara dalam penanggulangan pandemi covid-19.
“Ada organisasi masyarakat sipil seperti Muhammadiyah yang dengan sigap, dengan kepeloporannya melakukan upaya membantu beban pemerintah-negara yang besar ini,” imbuhnya.
Bachtiar menegaskan, gerakan-gerakan sosial yang tumbuh subur di Indonesia ini sebagai bekal untuk melakukan upaya percepatan kemajuan bangsa Indonesia. Terkait hal itu, dosen Ilmu Sosial dan Politik UMY ini melihat bahwa semangat ta’awun juga dimiliki oleh generasi muda bangsa.