MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Hadirkan Prof. Ahmad Najib Burhani, penulis buku “Menemani Minoritas”, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) bertanya mungkinkah pelajar bisa menemani minoritas dalam konteks masyarakat adat, penghayat kepercayaan, dan kelompok-kelompok yang dituduh sesat.
Menjawab pertanyaan tersebut, Wakil Ketua Majelis Pustaka Informasi (MPI) PP Muhammadiyah ini menyebut, bahwa menemani minoritas yang dimaksud dalam buku tersebut tidak sama dengan pembelaan seperti yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan lainnya.
Sebagai peneliti, Najib Burhani hadir di tengah masyarakat minoritas untuk melakukan klarifikasi tentang kesalapahaman atas stereotip dan prejudice yang berkembang di masyarakat terkait dengan kelompok minoritas.
“Yang kita lakukan adalah mengklarifikasi kesalahpahaman yang biasanya dipahami oleh orang,” terangnya pada (26/12) dalam Diskusi yang diadakan Lapsi PP IPM.
Suka Duka Jadi Peneliti
Najib Burhani menjelaskan, temuan yang didapatkan saat penelitian biasanya memiliki perbedaan dengan pemahaman masyarakat terhadap kelompok tertentu. Karena temuan yang diklarifikasikan ke public memiliki perbedaan dengan stigma yang selama ini berkembang di masyarakat, maka peneliti acapkali dianggap melakukan pembelaan terhadap kelompok tersebut.
Terkait dengan istilah menemani, ia menyebut hal ini sebagai posisi pas bagi seorang akademisi yang berusaha bersikap obyektif. Ketika dalam melakukan penelitian, Najib Burhani berpesan kepada IPM untuk siap dicurigai. Menurutnya hal itu wajar saja, karena peneliti adalah orang luar (out sider) yang patut dicurigai.
“Dalam beberapa kasus kepada mereka itu kadangkala menambah makna dan stigma dari kelompok-kelompok itu,” imbuhnya
Dalam penelitian, peneliti akan memiliki dua tantangan sekaligus. Pertama dari kelompok yang diteliti, dan kedua dari kelompok asal peneliti. Pada komunitas asal, peneliti akan dianggap sebagai pembela atau bahkan dianggap sebagai bagian dari kelompok yang diteliti.
Meski demikian, Najib Burhani berpesan kepada peneliti di IPM untuk tetap memegang kuat prinsip akademisi. Yakni dengan melihat segala sesuatu secara obyektif, melepaskan terlebih dahulu keyakinan teologis, serta mengkaji obyek penelitian tersebut secara saintifik.
Pemilihan istilah menemani juga dimaksudkan supaya kelompok minoritas tersebut bisa speak up. Mereka diharapkan bisa berdialog dengan masyarakat dan menyampaikan tentang berbagai hal yang terkait dengan dirinya.
Hits: 16