MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Persyarikatan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan pencerahan atau harakat at-tanwir dengan landasan ideologis yang berangkat dari Surat Al-Baqarah ayat 257 dan Surat Ali Imran ayat 110.
Menurut Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti ‘Aisyah, makna gerakan pencerahan adalah upaya mengeluarkan manusia dari kegelapan yang terangkum dalam kesatuan gerakan amar makruf (menyeru pada kebaikan), sekaligus nahi munkar (mencegah kemunkaran).
Mengutip istilah Kuntowidjojo, dia menyebut gerakan pencerahan Muhammadiyah identik dengan tiga upaya yaitu pembebasan (liberasi), memanusiakan manusia (humanisasi), dan keagamaan (transendensi).
“Maka (kemunkaran) bukan hanya TBC (tahayul, bid’ah, khurafat) saja, tapi juga kemiskinan, sakit, terpinggirkan. Makanya gerakan Muhammadiyah mulai dari gerakan sosial, sekolah seluruhnya adalah al-makruf. Kebaikan yang nyata,” terangnya.
Dalam forum Gerakan Subuh Mengaji, Kamis (9/2), Siti ‘Aisyah mengatakan gerakan pencerahan mengandung misi dakwah dan tajdid untuk menghadirkan Islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap tengahan, membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, mengormati harkat martabat kemanusiaan laki-laki dan perempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjunjung tinggi akhlak mulia, serta memajukan kehidupan umat manusia.
“Tapi dalam bergerak itu diwujudkan, diekspresikan dalam berbagai macam aktivitas baik program maupun amal usaha yang semuanya itu dalam upaya pencerahan,” jelas Siti.
“Gerakan pencerahan menunjukkan karakter gerakan Islam yang dinamis dan progresif dalam menjawab tantangan zaman, tanpa harus kehilangan identitas dan rujukan Islam yang otentik,” imbuhnya.
Dari pengertian ini, Siti berpesan agar para pegiat ‘Aisyiyah melakukan penguatan identitas gerakan pencerahan dalam setiap program organisasi, baik yang berada di tingkat wilayah hingga ranting.
“Yaitu melakukan strategi revitalisasi ke transformasi. Melahirkan amal usaha dan aksi-aksi sosial kemasyarakatan yang memihak kaum dhuafa dan mustadhafin serta memperkuat civil society bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa,” pesannya.
Tak lupa, Siti juga menekankan pentingnya pembinaan keagamaan bagi masyarakat dan lebih khusus anggota ‘Aisyiyah sendiri.
“Pembinaan keagamaan semakin dikembangkan pada pengayaan nilai-nilai akidah, ibadah, akhlak dan muamalah duniawiyah, membangun kesalehan individu dan sosial yang melahirkan tatanan sosial baru yang lebih relijius dan humanis,” pungkasnya. (afn)