MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Dampak pandemi dirasakan cukup hebat bagi kaum perempuan. Hal ini diungkapkan dalam survey Lazismu Pusat yang menyatakan bahwa perempuan sebagai korban PHK selama pandemi berjumlah 43%, sementara yang selanjutnya bisa bekerja kembali di masa pandemi menurut data Indef hanya sebanyak 27%. Dampak ekonomi ini, ternyata juga merembet pada masalah sosial.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI mengungkapkan adanya lima kali lipat peningkatan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan selama pandemi.Sebelum pandemi, jumlah kekerasan terhadap anak tercatat sebanyak 2.851 kasus, sementara setelah pandemi meningkat menjadi 7.190 kasus. Kekerasan terhadap perempuan pun meningkat dari 1.913 kasus menjadi 5.551 kasus. Membaca masalah ini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) Diyah Puspitarini menyatakan bahwa Nasyiatul Aisyiyah berusaha ikut menanggulangi lewat optimalisasi 180 BUANA yang dimilikinya.BUANA sendiri adalah Badan Usaha Amal Nasiyatul Aisyiyah. Fungsi BUANA salah satunya adalah untuk menguatkan sendi ekonomi keluarga dan komunitas di masa pandemi.
“Berbagai kegiatan diadakan oleh PPNA secara online untuk peningkatan perekonomian perempuan di masa pandemi, dan beberapa BUANA di daerah dan wilayah mendapatkan bantuan dana wirausaha perempuan dari Kementrian Ketenagakerjaan dan juga Kementrian Perekonomian,” ungkap Diyah dalam pidato pembukaan Milad 93 Tahun Nasyiatul Aisyiyah, Sabtu (7/8).
Selain BUANA, di berbagai daerah kader-kader Nasyiah menurutnya juga sangat gencar melakukan gerakan ketahanan pangan keluarga, dengan menanam dan berternak hewan unggas serta budidaya ikan dari rumah masingmasing. KDRT dan Perceraian Meningkat Selama PandemiSelain kekerasan, angka perceraian juga meningkat signifikan yakni 3.513 kasus perceraian dari total 5.709 sidang putusan sesuai data Pengadilan Agama tahun 2021. Pemicu faktor perceraian juga beragam, dari mulai KDRT, persoalan ekonomi hingga faktor psikologis.
Fenomena ini juga ikut dipandang oleh Nasyiatul Aisyah dengan berbagai program ketahanan keluarga.Dalam usaha untuk menurunkan angka perceraian, Nasyiatul Aisyiyah juga giat mengadakan Samara Course sebagai bekal dalam persiapan pernikahan serta juga edukasi dengan parenting dan pencegahan berkelanjutan.
“Kami aktif melakukan gerakan anti kekerasan serta edukasi dan pelatihan paralegal, sehingga setiap kader Nasyiah siap menjadi advokat bagi dirinya sendiri ataupun lingkungan sekitarnya sehingga kekerasan tidak lagi terjadi,” kata Diyah.