MUHAMMADIYAH.OR.ID, MEDAN – KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah bukan sekedar untuk memperbanyak sekolah dan perguruan tinggi, melainkan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dan mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur berjalan menurut garis yang di-Ridhoi Allah SWT.
Hal itu diungkapkan oleh Prof Sutrisno, Anggota Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dalam Workshop Penguatan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Rabu-Kamis (9-10/3).
Ia melanjutkan bahwa Muhammadiyah berdiri untuk terlaksananya dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid.
UMSU merupakan amal usaha persyarikatan yang berasas Islam dan bersumber pada Al Qur’an dan As-sunnah. “Untuk itu, seluruh pimpinan, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa UMSU semuanya harus berpedoman pada Al Qur’an dan As-sunnah,” tuturnya.
Terkait dengan standar AIK untuk mahasiswa, Prof. Sutrisno ,menjelaskan mahasiswa UMSU di kampus ataupun di luar kampus harus mampu menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai acuan atau pedoman dalam kehidupan sehari-hari mereka. “Untuk itulah, mata kuliah AIK menjadi sangat penting,” tegasnya.
Rektor UMSU Prof. Agussani berharap kegiatan ini dapat menyiapkan lulusan UMSU yang berakhlak dan berkarakter.
Menurutnya AIK menjadi ciri dan pembeda antara kampus milik Muhammadiyah (PTMA) dengan kampus di luar Muhammadiyah. AIK juga menjadi penentu berhasil tidaknya PTMA.
Agussani menjelaskan, saat ini UMSU akan membuka program studi Ilmu-Falak di Fakultas Agama Islam (FAI) UMSU. Dibukanya prodi Ilmu Falak diharapkan akan menjadi salah satu keunggulan UMSU ke depan. Apalagi saat ini UMSU telah memiliki satu observatorium dan pengembangan fasilitas yang lebih modern di Barus Tapanuli Tengah.
“Kita harapkan izin pembukaan prodi Ilmu Falak bisa segera keluar,” jelas Agussani.
Hits: 40