MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA— Prof. Azyumardi Azra meminta Pemerintah lebih serius dalam menata pendidikan di Indonesia dalam menghadapi persoalan yang ditimbulkan oleh wabah covid-19, dan juga dalam menghadapi revolusi industri 5.0.
Demikian disampaikannya pada (15/12) dalam Kuliah Umum yang diselengarakan oleh Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), UAD. Menurutnya proses pendidikan, termasuk manajemen pendidikan harus digarap dengan serius.
Karena akan membutuhkan piranti yang membantu mengakselerasi pendidikan Indonesia dalam menjawab tantangan revolusi industri 5.0. Menurutnya pendidikan akan digiring untuk menggunakan big data dan digitalisasi.
“Kemudian juga harus mengembangkan artificial intelegent atau kepintaran buatan. Itu harus dikembangkan, dan seluruh perguruan tinggi di Indonesia meresponi, menjawab itu yang memang tidak bisa dibendung.” Demikian ungkap Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini.
Kemajuan industri teknologi infromasi yang berjalan saat ini meniscayakan seluruh dunia tidak bisa luput darinya. Terlebih Indonesia yang saat ini dianggap sebagai negara yang berada pada level menengah, menjadikannay tidak bisa menghindar dari kemajuan teknologi informasi.
Adanya kemajuan teknologi infromasi bisa membawa Indonesia untuk mengakselerasi kemajuan dalam berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan dan pendidikan. Ia menyebut ini sebagai distrubsi yang pertama.
Sedangkan distrubsi kedua terjadi karena adanya wabah. Menurutnya, dengan adanya wabah Pemerintah harus didesak untuk segera melakukan konsolidasi dalam bidang pendidikan.
Seperti beralihnya metode pembelajaran konvensional ke online yang menimbulkan banyak masalah, prof Azyumardi meminta pemerintah untuk segera memberikan priotas khusus dalam bidang pendidikan di saat pandemi, dan pasca pandemi.
Di saat seperti ini, pemerintah agar segera melakukan afirmatif action sebagai upaya menjaga stabilitas lembaga pendidikan. Oleh karena itu pemerintah diminta serius dalam melihat masalah pendidikan di saat pandemi, dan pasca pandemi.
“Pasca pandemi nya juga tidak jelas, tahun 2021 saya kira mungkin banyak dana APBN habis untuk membeli vaksin,” tegasnya.
Di sisi lain, Muhammadiyah sebagai organisasi yang berkonsentrasi kepada pendidikan, juga menghadapi masalah yang sama. Namun selama masa pandemi ini, kata Azyumardi, belum ada Perguruan Tinggi Muhamamdiyah-‘Aisyiyah (PTMA) yang gulung tikar.
Menurutnya, ikhwal yang menjadikan PTMA dan lembaga pendidikan Muhammadiyah lain bisa tetap eksis ditengah segala macam tantangan adalah sifatnya yang selalu kontekstual atau relefan dengan tantangan zaman. (a’n)
Hits: 5