MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Mukhtara Rama Affandi, Ketua Bidang Advokasi dan Kebijakan PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), memandang positif pembelajaran tatap muka, terutama untuk siswa SD. Meski demikian, keselamatan jiwa dan kesehatan siswa harus menjadi pertimbangan utama.
Affandi menjelaskan alasan mendukung pembelajaran tatap muka dengan segala protokol kesehatan untuk siswa SD adalah karena pembelajaran daring yang terlalu lama memiliki risiko “learning loss” yang besar pada generasi. Risiko learning loss memang sudah diprediksi akan terjadi dari mulai awal terjadinya penutupan sekolah di seluruh dunia karena pandemi Covid-19.
“Kami memandang positif pembelajaran tatap muka dengan segenap protokol kesehatan, terutama untuk siswa SD. Karena yang kami khawatirkan untuk jenjang SD jika terjadi learning loss. Makanya, di beberapa riset survei menunjukkan bahwa 50% lebih orang tua ingin belajar tatap,” ujar Affandi dalam acara yang diselenggarakan MCCC pada Rabu (29/09).
Affandi memahami bahwa learning loss adalah sebuah keniscayaan. Learning loss sangat rentan bagi semua siswa yang samasekali tidak pernah memasuki kelas. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang selama 6 bulan tidak mendapatkan efektivitas belajar berpotensi tertinggal 1,5 tahun hingga 2 tahun kemampuan akademiknya.
“Karenanya, sedikit demi sedikit kita harus mendorong untuk dilakukan pembelajaran tatap muka. Bila tidak ditanggulangi, maka akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan akademik anak, juga menghambar impian kita menyambut momen bonus demografi,” terang Affandi.
Jika pandemi Covid-19 telah sepenuhnya hangus di muka bumi, IPM yang diwakili Affandi berharap pemerintah melakukan percepatan tidak hanya sektor ekonomi tapi juga akselerasi pendidikan. Dalam menyicil percepatan akselerasi pendidikan ini, IPM di berbagai daerah telah konsisten mengisi program-program minat dan bakar siswa di sekolah yang selaras dengan kondisi pandemi Covid-19.
“PP IPM sekarang terus menarasikan bagaimana mekanisme organisasi menyesuaikan dengan situasi pandemi. kami juga mendorong segenap pihak IPM untuk bisa membuat program untuk membantu sekolah mengisi dan memenuhi ruang minat aktivasi siswa,” tutur Affandi.