MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Memasuki usia ke-93 tahun organisasi perempuan muda Nasyiatul Aisyiyah, para kader didorong meningkatkan pelayanan kemanusiaan di berbagai aspek.
Pelayanan itu terutama dalam membantu mengisi kekosongan pelayanan pada sisi-sisi kehidupan kebangsaan yang belum sepenuhnya tergarap oleh pemerintah.
Dalam seremoni milad Nasyiatul Aisyiyah, Sabtu (7/8) Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menganggap peluang itu masih terbuka lebar.
Sebagai contohnya, dia mengutip data Kemendikbud-Ristek bahwa masih ada 2.500 lebih desa yang belum memiliki PAUD. Nasyiatul Aisyiyah yang memiliki fokus pada penanganan permasalahan anak dan perempuan dianggap bisa menggarap masalah ini.
“Jadi berkhidmat itu menurut saya arti lainnya adalah melayani. Khidmat itu kan artinya memberikan pelayanan yang pelayanan itu memang bersifat voluntary yang oleh karena itu maka khidmat Nasyiatul Aisyiyah dalam kemanusiaan itu tidak sekadar terkait dengan bencana, tapi juga melihat persoalan-persoalan seperti ini sebagai persoalan kemanusiaan,” gagas Mu’ti.
Selain masalah pendidikan, Nasyiatul Aisyiyah dianggap Mu’ti juga perlu mendorong upaya pencegahan masalah malnutrisi anak-anak termasuk pengasuhan yang ideal untuk membangun generasi kuat.
“Nah ibu-ibu Nasyiatul Aisyiyah, ibu-ibu muda ini punya peran penting karena mereka memang berada pada level itu dan mereka punya concern dalam kegiatan-kegiatan itu,” jelasnya.
Masalah Post Covid Juga Perlu dipikirkan Nasyiatul Aisyiyah
Lebih lanjut, Abdul Mu’ti juga berpesan agar para perempuan muda Muhammadiyah ikut merumuskan solusi menangani masalah-masalah baru yang timbul pasca pandemi nanti.
“Kita harus sudah berpikir ke arah post-Covid. Memang Covid belum bisa diatasi tetapi masalah yang timbul selama masa Covid dan harus ditangani setelah masa Covid itu berakhir itu sudah ada di depan mata,” ungkap Mu’ti.
Sebagai contoh, misalnya tingginya anak yatim-piatu, beserta orangtua tunggal (single parent) akibat tingginya angka kematian karena Covid-19.
“Masalah sosial itu memang menuntut pelayanan kita dan perhatian kita yang sungguh-sungguh dan sebagaimana ciri dari Muhammadiyah, ciri dari gerakan-gerakan di ortom Muhammadiyah ketika melihat masalah, kita tidak sekadar berhenti dan berdoa,” pesannya.
“Harus ada aksi, harus ada kegiatan-kegiatan yang kita lakukan. Bagaimana kita sekarang mulai berpikir untuk melakukan paling tidak sekarang sudah mulai melakukan pendataan mengenai profil keluarga pasca pandemi dan apa yang bisa kita lakukan dengan persoalan-persoalan itu melalui kegiatan kemanusiaan yang sekarang ini memang alhamdulillah Muhammadiyah sangat concern dan mendapatkan apresiasi dari banyak pihak,” pungkasnya.