MUHAMMADIYAH.OR.ID, VICTORIA – Peluang dakwah Muhammadiyah sangat terbuka lebar di Australia, demikian ungkap Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Australia, Hamim Jufri.
Dalam forum Gerakan Subuh Mengaji ‘Aisyiyah Jawa Barat, Ahad (27/2) dirinya menyebut peluang itu semakin besar akibat terjadinya pandemi yang terjadi lebih dari dua tahun.
Masa pandemi disebut Hamim mengakibatkan banyak warga Australia kembali memaknai dan mempertanyakan tujuah hidup. Karenanya, tak sedikit dari mereka yang mempelajari spiritualisme, termasuk agama Islam.
Sementara itu, agama lama seperti Katolik dan Kristen kurang diminati oleh kelompok muda Australia yang lebih banyak memilih sebagai Ateis atau Agnostik. Hal ini mengakibatkan banyak gereja di Australia yang kosong lalu dibeli oleh umat Islam untuk dialihfungsikan menjadi masjid.
“Banyak gereja-gereja yang dibeli orang Islam. Sementara orang Kristen-Katolik kehilangan keinginan ke gereja. Anak-nak muda mulai tidak suka datang ke sekolah minggu. Satu-satunya yang mereka suka adalah Natalnya, bukan lagi ritual keagamaan,” ungkap Hamim.
Saat ini, pertumbuham muslim Australia disebut Hamim antara 3-4 persen dari 27 juta penduduk. Setiap tahun, ada sekira lima ribu orang Australia yang masuk Islam. Peluang ini diharapkan menjadi perhatian kader-kader muda Muhammadiyah untuk pergi berdakwah ke luar negeri.
“Karena itu menjadi penting kita punya harapan. Anak-anak yang punya kemampuan agama yang baik, dididik dengan pendidikan yang kuat, beri kesempatan pada mereka untuk memberi kontribusi pada dunia. Biarkan mereka pergi ke luar dan meniti karir serta melakukan dakwah di manapun mereka berada,” pesan Hamim.
Dirinya juga menyampaikan bahwa kehadiran Muhammadiyah di Australia diharapkan memberikan cahaya, kegembiraan, dan harapan hidup yang positif bagi masyarakat luas. Karenanya, Muhammadiyah Australia disebut aktif dalam kegiatan keumatan maupun kegiatan dengan warga lokal.
“Islam yang kita tawarkan dengan cara yang santun, dengan cara mencerahkan, dengan bukti-bukti yang ada, memberikan orang-orang ini untuk mengnal Islam. Makanya PCIM melihat situasi itu dan melakukan dakwah secara pelan-pelan tapi sistematis. Itu penting karena sebagian besar masyarakat di sini punya pendidikan yang baik sehingga tidak memerlukan penjelasan yang banyak,” ujarnya.
“Di sisi yang lain, dakwah Muhammadiyah harus berkemajuan dan berkelanjutan. Dalam arti mengikuti zaman, seirama dengan budaya setempat dan tetap memberikan masukan untuk dialog kepada siapa saja,” pungkasnya. (afn)