MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) RI Mahfud MD merasa gerah dengan semakin tingginya fenomena korupsi di Indonesia.
Menurut Mahfud, gejala korupsi pasca Reformasi semakin meluas dibandingkan masa Orde Baru. Mahfud pun mempertanyakan kinerja semua universitas di Indonesia dalam membentuk manusia unggul.
“Pertama, ingat sekarang ini universitas itu menjadi terdakwa utama dalam kerumitan Indonesia. Saya katakan di Indonesia ini banyak korupsi,” tutur Mahfud dalam pelantikan Ma’mun Murad sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Selasa (25/5).
“Oleh karena itu yang ditanya perguruan tinggi. Gimana sekarang? Ini yang korupsi-korupsi kalau dijumlah, kan perguruan tinggi semua lulusnya. Apa yang dikerjakan perguruan tinggi. Itu satu,” terang Mahfud.
Dirinya pun memberi pesan ke Ma’mun agar UMJ bersama Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang lain bekerja serius hingga mampu melahirkan generasi bibit unggul yang berintegritas.
Kebutuhan itu penting bagi Mahfud sebab fenomena korupsi pada saat ini menurutnya telah berakar secara vertikal dari wilayah pusat hingga daerah.
“Lihat saja para koruptor yang menghuni penjara sekarang, datang dari semua lini horizontal maupun vertikal,” ujarnya.
Membandingkan dengan masa awal reformasi, Mahfud menyebut anggota DPR saat itu kemana-mana masih menggunakan angkutan umum, tidak seperti sekarang.
“Sekarang anggota DPR bisa nyewa pesawat, rumahnya banyak. Maksud saya itu fenomena, dan di penjara itu banyak orang DPR. Hakim MA, hakim MK, pemerintah, menteri, pemda,” ungkap Mahfud.
Memberi tahniah, Mahfud kemudian mengaku bangga dengan banyaknya universitas Muhammadiyah. Keberadaan PTM seperti UMJ telah membuka luas akses kompetitif umat muslim untuk tersebar dalam kiprah kebangsaan.
“Ini menjadi kebanggaan bagi kita, bahwa sekarang lembaga-lembaga pendidikan Islam dan orang Islam itu sudah maju. Waktu saya kecil dulu orang Islam itu dianggap udik,” kenang Mahfud.
Dirinya pun berpesan agar PTM-PTM berjuang supaya mampu menciptakan generasi dan lulusan yang menegakkan salat. Artinya, keimanan membekas pada aksi sosial yang memberi manfaat pada lingkungan dan orang lain.
Jadi salat itu bisa ditegakkan dalam proses akademik UMJ bukan hanya begini-begini salat itu (menirukan gerakan salat). Tapi, punya kepedulian sosial. Peduli pada lingkungan sekitar,” pungkasnya.