MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Pada tahun 1917, ‘Aisyiyah berdiri kokoh di Indonesia, berkembang menjadi organisasi perempuan tertua dan terbesar di negeri ini. Perkiraan anggota sekitar 20 juta perempuan. Sayap perempuan Muhammadiyah ini mencakup berbagai sektor, termasuk ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan, dengan fokus khusus pada pengurangan risiko bencana.
Dalam acara Global Forum for Climate Movement pada Sabtu (18/11), Ketua PP ‘Aisyiyah Salmah Orbayinah mengatakan bahwa ‘Aisyiyah berkomitmen untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Dalam mengatasi ini, ia mengakui perlunya tindakan kolektif di tengah tantangan lingkungan.
‘Aisyiyah mendapatkan motivasi untuk melindungi lingkungan dari seperangkat nilai yang berakar dalam ajaran Islam. Dalam Surah Al-Baqarah 30, umat diingatkan akan rencana Allah untuk menunjuk manusia sebagai pemelihara di Bumi, dengan peringatan keras untuk tidak menimbulkan kerusakan dan pembunuhan. Ayat-ayat tersebut menekankan pentingnya tanggung jawab terhadap lingkungan dan keharusan untuk melestarikan serta melindungi alam.
Surah Ar-Rum 41 memperkuat dampak tindakan manusia terhadap daratan dan laut, mengisyaratkan bahwa degradasi lingkungan adalah hasil dari perilaku manusia. Ayat-ayat ini berfungsi sebagai panggilan untuk bertindak, mendorong kembali ke jalan yang benar dan praktik lingkungan yang bertanggung jawab.
Lebih lanjut, Surah Ar-Rahman 7-8 menjelaskan keseimbangan halus dalam ciptaan Allah, menekankan keterkaitan unsur-unsur alam dan memperingatkan agar tidak mengganggu keseimbangan ini. ‘Aisyiyah, terinspirasi oleh ayat-ayat ini, berusaha menjaga keseimbangan ini, mengakui kewajiban ilahi untuk tidak menyebabkan kerusakan pada Bumi dan untuk mencari ampunan melalui doa dan perbuatan baik.
Komitmen dan Visi ‘Aisyiyah Menjaga Lingkungan
Komitmen ‘Aisyiyah terhadap pengelolaan lingkungan meluas ke pemahaman simbolis tentang Bumi sebagai figur ibu. Ayat-ayat dalam Al-Quran yang menekankan pentingnya ibu dan tindakan merawat diinterpretasikan untuk menyoroti tempat istimewa ‘Ibu Pertiwi,’ ‘Gaia,’ atau ‘Bumi Ibu.’ ‘Aisyiyah mengakui keterkaitan alam dan umat manusia, melihat Bumi sebagai seorang ibu yang kesejahteraannya terkait secara intrinsik dengan kesejahteraan semua makhluk hidup.
Dalam kolaborasi internal, ‘Aisyiyah mengintegrasikan visi hijau mereka melalui berbagai entitas dalam Muhammadiyah, seperti sekolah, masjid, universitas, dan komunitas ‘Aisyiyah di tingkat ranting. Salah satu inovasi utama menurut Salmah adalah konsep Bank Sampah.
Melibatkan masyarakat sebagai penabung, konsep Bank Sampah ini menggambarkan pengumpulan dan pemilahan sampah padat dengan memperkenalkan sistem perbankan. Pelanggan, atau penabung, memiliki buku tabungan dan dapat meminjam uang yang nantinya akan dikembalikan dengan nilai sampah yang setara. Sampah tersebut kemudian dijual kepada pabrik atau agen daur ulang atau diolah oleh agen upcycling lokal.
Namun, inisiatif ini tidak hanya terbatas pada lingkup internal organisasi. ‘Aisyiyah juga menggalang kerja sama dengan berbagai pihak eksternal. Dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Pemerintah Daerah DKI, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), ‘Aisyiyah meluncurkan gerakan penanaman pohon dengan target mencapai 50.000 pohon di 15 provinsi. Kolaborasi ini melibatkan berbagai entitas dan pihak terkait dalam upaya pelestarian lingkungan.
Selain itu, ‘Aisyiyah juga menggandeng Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melatih fasilitator dalam upaya pelestarian dan konservasi lingkungan. Melibatkan partisipan dari 29 provinsi, pelatihan ini bertujuan untuk membangun kapasitas masyarakat dalam melindungi sumber daya alam.
‘Aisyiyah tidak hanya berbicara tentang perlindungan lingkungan dan pengurangan risiko bencana. Mereka turut berpartisipasi aktif dalam membahas dampak perubahan iklim dengan BMKG dan melakukan advokasi untuk mengurangi penggunaan plastik di pasar tradisional.
Tidak hanya sebatas inisiatif nasional, ‘Aisyiyah juga melibatkan diri dalam upaya bersama lintas wilayah. Pada tingkat daerah, ‘Aisyiyah terlibat dalam acara Jambore (Pemuda ‘Aisyiyah Jawa Tengah) yang bertujuan untuk melibatkan pemuda dalam pelestarian lingkungan dan pengurangan risiko bencana.
Puncaknya, hari ini (18/11), kata Salmah, ‘Aisyiyah meluncurkan Green Pesantren yang didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Melibatkan 1.500 pesantren dengan gerakan senam massal, Green Pesantren menjadi wujud nyata dari komitmen ‘Aisyiyah terhadap keberlanjutan lingkungan.
Sebagai salah satu gerakan paling progresif, ‘Aisyiyah memimpin kampanye untuk mengurangi plastik dengan menerapkan prinsip 3R: Reduce, Reuse, dan Recycle. ‘Aisyiyah tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak, menyebarkan selebaran dan spanduk untuk mengedukasi masyarakat tentang pengurangan limbah plastik selama Ramadan dan Idul Adha. Melibatkan sekolah, masjid, universitas, rumah sakit/klinik, kampanye ini menjadi langkah nyata dalam menciptakan kesadaran akan konsumsi plastik yang berlebihan.
Hits: 238