MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Dalam Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Sedangkan arti dari pariwisata sebagaimana yang tertera dalam Undang-undang No. 10 tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Sementara itu, Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
“Wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan, pariwisata sebagai fasilitas serta layanan, dan kepariwisataan sebagai keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata. Pengertian dari UU no 10 tahun 2009 memang bahas Kepariwisataan tapi lebih banyak menekankan aspek usaha pariwisatanya,” ujar Hendrie Adji Kusworo dalam acara Seminar Pra-Muktamar pada Kamis (12/05).
Akademisi dari Universitas Gadjah Mada ini menilai kepariwisataan tidak boleh hanya dilihat sebagai instrumen ekonomi semata. Ia tidak sepakat bila pariwisata hanya dipandang sebagai penghasil devisa dan berfungsi sebagai instrumen untuk menggalakkan kegiatan ekonomi.
Selain memiliki kemampuan ekonomi, pariwisata seharusnya dapat melengkapkan kemanusiaan para wisatawan. Kegiatan wisata semestinya terhubung dengan konsep pengetahuan dan pembelajaran yang dapat menambah wawasan soal budaya, realitas sosial, bahkan meningkatkan religiusitas seseorang.
“Dari wisata kita memiliki nilai tambah kultural, nilai tambah sosial, bahkan nilai tambah religius. Jadi, menempatkan tempat wisata bukan hanya instrumen untuk mendapatkan uang, tetapi juga melengkapkan kemanusiaan kita,” tegas Pria kelahiran Banjarnegara, 11 Desember 1962 ini.