MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Pandemi Covid-19 memunculkan berbagai hal tak terduga, salah satunya adalah munculnya kembali kelompok keagamaan klasik seperti seperti Mu’tazilah, Jabariyah, dan Qadariyah.
Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti, fenomena itu dapat dilihat dari reaksi berbagai kelompok agama dalam memandang pandemi.
“Ada yang mengatakan Covid ini adalah hukuman dari Allah, sebagian mengatakan ini adalah musibah, sebagian mengatakan ini adalah bagian dari peristiwa alam biasa. Cara menyikapinya juga sangat beragam dan cara penyikapan itu mengingatkan kita pada diskursus klasik tentang perdebatan-perdebatan teologi Islam, seperti antara Mu’tazilah, Jabariyah, dan kelompok Ahlusunnah,” jelasnya.
Dalam forum virtual UM Gresik, Senin (2/8) Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa kelompok Jabariyah berpandangan fatalistik yang pasrah terhadap keadaan, menganggap sudah ketentuan Allah namun juga enggan berikhtiar.
“Sebagian kelompok berpendapat (Covid) murni karena ulah manusia yang itu pandangan kelompok Mu’tazilah dan Qadariyah, tapi juga ada kelompok Ahlusunnah yang berpendapat bahwa semua yang terjadi ini memang atas kehendak Allah tetapi manusia berkewajiban untuk berikhtiar, berusaha bagaimana bisa mendapatkan takdir Allah yang terbaik dan kemudian ketika qadha dan qadar Allah itu berlaku bagi manusia, manusia harus menerima takdir itu karena itu adalah takdir yang terbaik,” jelas Mu’ti.
Suburnya pandangan seperti ini menurut Mu’ti perlu diperhatikan warga Persyarikatan dengan mematuhi paham keagamaan organisasi agar tidak malah jatuh dalam hoax ataupun pandangan lain yang menyimpang atau menyalahkan keadaan.
“Kalau kita membaca Alquran maka ada sebagian manusia itu yang berimannya kepada Allah itu ‘ala harfin, berimannya itu di pinggir-pinggir saja, setengah-setengah saja. Yang kalau mereka itu diuji dengan musibah yang baik mereka diam saja tetapi ketika mereka diuji dengan musibah yang tidak baik mereka balik pandang dan menyalah-nyalahkan keadaan dan sebagainya,” tuturnya.
“Muhammadiyah tentu berada pada posisi di mana pandemi ini adalah bagian dari musibah, bagian dari ujian Allah yang memang kita tidak bisa menolaknya dan pandemi ini nyata bukan takhayul dan pandemi ini sebenarnya adalah bagian dari cara Allah bagaimana untuk meningkatkan kemuliaan dan ketinggian martabat kita sebagai bangsa dan kemudian menguji kekuatan iman kita,” pesan Mu’ti.
“Pandemi ini adalah ujian keimanan bagi kita semua. Tapi ini juga bagian dari ujian yang kalau kita mampu melaluinya maka kita akan tampil dan bangkit sebagai umat dan bangsa yang bermartabat karena dengan musibah pandemi ini kita melakukan riset-riset, penelitian-penelitian dan kemudian bia memberikan yang terbaik untuk layanan kemanusiaan,” pungkasnya.
Hits: 71