MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Stres dan depresi merupakan hal umum yang dialami oleh manusia. Namun jika tidak mendapat penangan yang baik, hal ini akan memburuk dari waktu ke waktu. Bahkan dapat mengganggu kondisi fisik seseorang. Untuk mengatasi hal tersebut, dosen Unversitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah membahas tuntas mengenai stress dan depresi dalam acara UMMTalks pada Rabu (08/12) lalu.
Hudan, sapaan akrapnya menjelaskan bahwa stres adalah reaksi fisik dan batin yang dialami seseorang ketika menghadapi suatu ancaman. Sementara itu, depresi adalah emosi negatif yang terjadi secara terus menerus hingga bertumpuk-tumpuk.
“Sebenarnya stress adalah kondisi yang wajar dialami oleh manusia karena hal ini adalah reaksi alami tubuh dalam merespon ancaman. Sisi positif dari stres adalah membuat kita waspada dengan beragam keadaan. Lain halnya dengan depresi, jika terjadi berkepanjangan bisa mengganggu aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari,” kata dosen Fakultas Psikologi tersebut.
Lebih lanjut, Hudan menuturkan bahwa stres dan depresi bisa dialami oleh berbagai kalangan usia. Pembeda antara masing-masing jenjang usia berkisar pada penyebab stres dan depresi yang dialami. Bagi anak-anak dan remaja, biasanya stres diakibatkan oleh lingkungan keluarga yang tidak mendukung. Beberapa contohnya adalah keluarga yang tidak harmonis, perubahan hormon saat pubertas, dan ketidakmampuan diri dalam mengekpresikan emosi.
“Karena hal tersebut peran orang tua sangat penting. Utamanya untuk mendampingi anak-anak dalam mengelola emosi di setiap jenjang usia. Salah satu hal yang bisa dilakukan para orang tua adalah dengan membuat anak terbuka akan masalah yang dihadapi. Upaya yang patut dicoba adalah dengan menjadi sahabat dengar yang baik.,” ungkap Hudan.
Ada dua tahap yang bisa dilakukan seseorang dalam menangani stres. Kedua hal tersebut meliputi emosi fokus dan problem fokus. Ketika seseorang tertimpa masalah atau ancaman, tubuh akan mengeluarkan emosi seperti marah atau keinginan untuk menangis. Setelah itu, akan ada perasaan lega dalam diri individu. Hal itulah yang dinamakan emosi fokus. Sementara problem fokus lebih ditujukan pada penyelesaian masalah penyebab stress.
“Sebenarnya meluapkan emosi untuk menangani stres bukan sesuatu yang salah. Namun hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah. Perlu adanya keberanian dalam diri individu untuk menghadapi ancaman yang melandanya agar stress tidak bertumpuk menjadi depresi,” ujar Kepala Bimbingan Konseling (BK) UMM itu.
Namun jika stres dan depresi telah mengganggu kegiatan sehari-hari, Hudan menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke pihak yang profesional seperti psikiater. “Saya tahu, masyarakat menganggap bahwa orang yang ke psikiater adalah mereka yang gila. Padahal anggapan itu sangatlah salah. Lebih baik mengetahui kondisi mental kita dan menanganinya daripada gangguan tersebut semakin parah,” pungkasnya.
Hits: 25