MUHAMMADIYAH.ID, KENDARI – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan agar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) terus memupuk karakter intelektualisme sebagai basis pengembangan gerakan, kekuatan gerakan dan perangkat pergerakan.
Dalam sambutan Muktamar IMM ke-XIX di Kendari, Kamis (21/10) Haedar menyampaikan bahwa penguatan karakter intelektual itu penting dilakukan untuk mengaktualisasikan potensi para pemuda Indonesia yang masih banyak terpendam.
“Tradisi iqra’ harus terus melekat dalam jiwa ananda IMM. Tradisi ulul albab harus menjadi bagian dari karakter IMM dan tradisi intelektualisme profetik di mana pengembangan nilai-nilai pemikiran, mengintegrasikan antara wahyu dan realitas kehidupan harus menjadi modal besar bagi IMM menyandang nama mahasiswa sekaligus menyandang integritas intelektualitas Muhammadiyah,” pesannya.
Haedar juga berpesan agar IMM terus mengasah kemampuan itu lewat tradisi literasi, menulis, dialog, diskusi, hingga debat yang sarat ilmu dan hikmah.
“Ananda boleh demo, ananda boleh berpraksis sosial, ananda boleh berperan dalam peran-peran nyata, apalagi ananda berekspresi dan berkreasi dalam karya-karya keilmuan. Tetapi dasar semuanya haruslah dasar keilmuan. IMM tidak boleh berpikir, berkata, bertindak tanpa horison dan basis keilmuan yang kuat,” ujarnya.
“Tidak masalah demo dan kegiatan-kegiatan praktis, tapi harus berpondasi pada keilmuan dan ilmu yang dimiliki IMM adalah ilmu yang mencerdaskan dan mencerahkan. Ilmu tidak untuk ilmu. Ilmu tidak berada di menara gading, tapi ilmu harus membawa rahmatan lil alamin,” imbuhnya.
Terakhir, Haedar berpesan agar selain menguatkan karakter intelektual, IMM juga perlu menguatkan sisi religiusitas terutama lewat karakter integritas dan akhlak mulia.
“Setinggi-tinggi ananda memiliki ilmu, seluas ananda memiliki pergaulan dan sehebat ananda memiliki posisi, semuanya akan menjadi hambar bahkan luruh ketika kehilangan pondasi akal dan integritas akhlak. Kekuatan sebuah bangsa, mati hidupnya umat dalam sejarah kehidupan umat manusia, tergantung pada akhlaknya,” kata Haedar.
“Maka berakhlaklah dengan akhlak yang tawaduk, berintegritas tinggi. Kita boleh kehilangan apa saja tapi jangan sampai kehilangan moralitas luhur kita karena itulah harga yang termahal di dalam kehidupan kita,” pesannya.
“Semuanya harus terus belajar. Jangan pernah merasa diri sudah paham, sudah hebat, sudah optimal. Kita semua adalah pembelajar kehidupan. Semakin kita berada di posisi yang tinggi, jiwa, hati dan pikiran kita harus tetap merunduk agar kita tetap waspada dan memiliki hikmah dan kebijaksanaan dalam kehidupan. Lebih-lebih ketika suatu saat ananda sekalian diberi amanat untuk memimpin bangsa, umat dan negeri tercinta,” pungkas Haedar.