MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG — Para ulama telah menyadari bahwa mengenali diri sendiri merupakan salah satu jalan mendekat kepada Allah SWT. Setiap keputusan yang dibuat, manusia memang dianjurkan mengenali diri sendiri terlebih dahulu. Hal ini agar dapat mengontrol setiap tantangan yang dihadapi dalam hidup. Namun mungkinkah mengenali diri sendiri secara objektif?
Pakar Psikologi Agus Abdurrahmandalam kajian Gerakan Subuh Mengaji yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat pada Jumat (25/02) mengatakan bahwa mengenal diri sangat mungkin dilakukan karena diri sendiri sesungguhnya bisa memposisikan sebagai subjek (self as a knower) dan objek sekaligus (self as a known).
“Kita bisa mengambil jarak terhadap diri kita. Mengamati dan memberikan penilaian terhadap diri kita sendiri. Melakukan tindakan terhadap diri kita sendiri. Ini bisa kita praktekkan, melihat aspek-aspek fisik maupun psikologis bisa dikenali,” kata dosen Psikologi Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung ini.
Diri merupakan objek persepsi, sehingga penting sekali untuk berkomunikasi kepada dirinya sendiri dalam proses pengenalan terhadap diri tersebut. Mulai dari pengenalan fisik, sifat, hingga kemampuan dan kelemahan diri.
Misalnya, bisa ditanyakan pada diri: Apa yang membuat diri tertarik? Apa yang membuat diri penasaran? Apa yang menjadi perhatian diri? Jika sudah tahu hal yang membuat diri tertarik, bisa memberi petunjuk tentang hasrat terdalam. Selain itu luangkan waktu untuk memikirkan peristiwa yang paling berkesan yang pernah terjadi dalam hidup. Dari peristiwa bermakna itu barangkali dapat menemukan petunjuk tentang identitas terdalam yang ada pada diri, karier, dan kepuasan hidup yang selama ini dicari.
“Diri merupakan objek persepsi yang sangat penting. Tandanya, kita tertarik dan peka terhadap informasi apapun tentang diri sendiri. Mampu mengolah dan mengingat informasi apapun tentang diri sendiri dengan baik,” tutur Agus.