MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Salah satu aspek yang masih diperselisihkan hingga saat ini ialah Muhammadiyah tidak berafiliasi Mazhab tertentu. Bagi Muhammadiyah, kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah merupakan langkah pembebasan dari kungkungan primordialisme mazhab dan taklid yang membelenggu kreativitas berijtihad.
“Dalam teori-teori pembaharuan kalau kita berafiliasi terhadap mazhab tertentu akan sulit maju ke depan. Maka oleh karena itu saya kira tepat sekali Muhammadiyah tidak berafiliasi, yang artinya tidak terikat dengan keputusan-keputusan mazhab,” kata Khaeruddin Khamsin dalam Sosialisai dan Kunjungan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah pada Sabtu (01/05).
Meski tidak berafiliasi terhadap salah satu mazhab, Khaeruddin menegaskan bahwa Muhammadiyah sama sekali tidak menafikan berbagai pendapat fukaha yang ada. Pendapat-pendapat mereka itu dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan diktum ajaran yang lebih sesuai dengan semangat di mana kita hidup.
“Pandangan mazhab tetap bisa menjadi rujukan, sebab sebagian besar dari putusan-putusan Muhammadiyah juga mempunyai irisan dengan pendapat-pendapat mazhab itu sendiri. Kalau ada peneliti saya kira akan menemukan irisannya,” ungkap Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah ini.
Khaeruddin menegaskan bahwa tidak tepat bila Muhammadiyah mengingkari kebenaran yang ditemukan mazhab. Sebab beberapa putusan yang dilahirkan Muhammadiyah memiliki kesamaan metode dan produk hukum dengan pandangan mazhab. Dengan kata lain, Muhammadiyah hanya memposisikan pandangan imam mazhab sebagai option, bukan obligation. Pandangan mereka hanya sebatas pilihan, bukan sebagai keharusan.
Jadi, Muhammadiyah tidak memandang mazhab fikih sebagai fahmu turast li al-turast (pemahaman masa lalu hanya untuk masa lalu). Artinya, dalam menyikapi karya-karya ulama masa lampau, Muhammadiyah memposisikan mereka secara adil dan proporsional, dan tidak secara ideologis: tidak membuang seluruhnya tapi juga tidak mengambil seluruhnya. Posisi tengah seperti inilah yang membuat Muhammadiyah begitu fleksibel karena di satu sisi dapat leluasa melakukan pembaharuan, di sisi lain tidak anti dengan warisan ulama klasik.
Hits: 56