MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Muhammadiyah memiliki ruang menulis sejarah yang sangat besar. Hal ini terbukti dengan banyaknya media-media yang berafiliasi dengan Muhammadiyah. Alangkah baiknya apabila ruang menulis yang besar ini digunakan untuk menuliskan sejarah inspiratif yang berasal dari tokoh atau majelis lembaga Muhammadiyah di tingkat lokal.
Hal itu dikatakan Ghifari Yustriadi, S.S., M.A., Sejarawan Muhammadiyah yang juga Dosen UGM pada kegiatan Seminar dan Penganugerahan Fachrodin Award 2020, Sabtu (19/12) via daring.
Ghifari mendorong adanya record center atau semacam kantor arsip dan dokumentasi khusus yang dikelola secara professional oleh Muhammadiyah.
Selain itu, bagaimana Pimpinan Pusat dapat menyediakan system bagi cabang, ranting, dan daerah untu menuliskan sejarah lokalnya.
“Dengan adanya record center nanti dapat membantu pengumpulan arsip-arsip yang dimiliki Muhammadiyah,” ungkap Ghifari.
Selain itu, Record Center nanti dapat menerima semacam wakaf arsip untuk dikelola secara professional. Dari pengumpulan arsip bisa dituliskan ke dalam tulisan akademik yang diharapkan bisa menginspirasi generasi berikutnya.
Untuk menuliskan sejarah itu, perlu memperhatikan aspek metodologis. “Seringkali penulisan sejarah lokal kurang kontekstual dengan isu nasional atau global, menjadi seperti ruang sendiri. Ini yang kemudian menjadi sayang. Bagaimana kemudian penulisan sejarah dikaitkan pada suatu momentum atau peristiwa,” jelasnya.
Kemudian yang menjadi tantangan dalam menulis adalah sudut pandang. Merebut tafsir sejarah itu penting terutama dalam aspek akademik. Tantangan lainnya, yakni ketakutan pada kultus, keakuan, dan perjuangan kolegial Muhammadiyah.
“Bagaimana kemudian berpikir kita siapkan bergeser dari biografi ke kolektif atau isntitusi, kita tetap bercerita tokoh-tokoh lokal tetapi dibingkai dalam satu sejarah perjalanan lokal,” kata dia.
Hits: 3