MUHAMMADIYAH.ID, SULAWESI UTARA – Dari segi kuantitas, Muhammadiyah menjadi organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia setelah Nadhlatul Ulama. 14,9 persen muslim di Indonesia menurut penelitian Alvara (2016) dianggap berafiliasi dengan Muhammadiyah. Wikipedia, memperkirakan saat ini jumlah warga Muhammadiyah sebanyak 50 juta jiwa.
Besarnya jumlah warga Persyarikatan, membuat Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengibaratkan Muhammadiyah dengan pesawat jumbo Airbus.
Karena itu, dalam bergerak melakukan dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, Muhammadiyah harus berlandaskan sistem, ideologi, dan manhaj organisasi, bukan keinginan orang per orang, apalagi dengan ideologi lain di luar Persyarikatan.
“Nah jaga, rawat itu dengan ideologi Muhammadiyah dan kita jangan sembarangan bawa organisasi besar ini. Kenapa? Saya sering ilustrasikan kalau pesawat itu Muhammadiyah seperti Boeing atau Airbus yang komersial. Artinya bawa penumpang, bukan pesawat manuver,” pesan Haedar dalam forum Pendataan dan Pembinaan Masjid-Mushola Muhammadiyah se-Sulawesi Utara, Ahad (27/6).
Haedar berpesan bahwa jika pesawat Airbus dikendalikan seperti membawa pesawat jet, maka bukan hanya para penumpanya yang terancam, tapi eksistensi organisasi itu juga ikut terancam.
“Airbus, Boeing, itu kita piloti harus betul-betul seksama. Ini bukan soal berani atau tidak, termasuk dalam amar makruf nahi munkar itu harus tetap bil hikmah wal mauidhati hasanah wa jadilhum bilati hiya ahsan,” tambahnya.
Pemahaman ini ditekankan Haedar lebih-lebih kepada para pucuk pimpinan Muhammadiyah baik Pusat hingga Cabang. Pemimpin, menurutnya adalah sosok yang wajib menampilkan wajah Persyarikatan yang sebenarnya sebagai teladan.
“Saya yang diberi amanat oleh Muktamar itu sejak dari berkata, bertindak, menyampaikan pesan selalu ada bingkai organisasi dan ideologi, bukan bawa kehendak sendiri. Kalau bawa kehendak sendiri, itu namanya bukan berada di dalam sistem. Maka kita harus seksama membawa Muhammadiyah ini,” jelasnya.
“Kenapa? Karena Muhammadiyah ini organisasi besar. Orang menyebut organisasi modern, reformis yang dipercaya negara, pemerintah. Kita boleh punya dinamika soal politik, tapi secara keseluruhan dari pusat sampai bawah, pemerintah dan organisasi-organisasi lain itu menghargai Muhammadiyah. Bahkan para peneliti asing,” imbuh Haedar.