MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Struktur kelas ekonomi masyarakat Indonesia menurut Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas seperti bentuk piramid. Maka harus diubah menjadi struktur kelas dalam bentuk belah ketupat. Oleh karena itu dirinya ikut pemerintah mendorong transformasi ekonomi menjadi lebih baik.
Pakar Ekonomi Islam ini menjelaskan, bahwa yang disebut sebagai bentuk piramid adalah konsentrasi masyarakat miskin di bawah yang tidak memiliki daya beli jumlahnya melimpah. Sedangkan struktur kelas bentuk belah ketupat adalah kelompok ekonomi kelas menengah yang banyak.
“Semestinya kita ikut bersama pemerintah bagaimana caranya supaya kita bisa mendorong struktur masyarakat kita bertransformasi dari bentuk piramid, kepada bentuk belah ketupat,” tutur Abbas pada (17/2) di acara Rapat Kerja Nasional Jaringan Wisata Muhammadiyah.
Selama masa pandemi covid-19 berlangsung menimbulkan efek langsung kepada banyak sektor ekonomi, terlebih pariwisata. Ia mengaku bahwa saat ini adalah masa-masa dilematis, sebab disisi lain ingin menumbuhkan sektor ekonomi, tapi disisi lain harus menjaga jiwa anak bangsa dari ancaman virus.
Oleh karena itu, ia mengajak kepada seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama aktif menyelesaikan masalah pandemi covid-19 ini dengan baik. Supaya ekonomi Indonesia segera membaik. Sebab jika pandemi covid-19 mereda, maka mobilitas akan normal dan memungkinkan daya beli masyarakat semakin baik.
Muhammadiyah, kata Abbas, merupakan organisasi keagamaan, sosial – kemasyarakatan yang sejak kelahirannya konsisten di jalurnya, yaitu sebagai penolong kesengsaraan umum dengan mendorong semakin berkurangnya angka kemiskinan. Sehingga kelas ekonomi di Indonesia semakin mengecil, dan kelas menengah semakin membesar.
Disisi lain, Abbas juga meminta supaya pemerintah dan masyarakat merespon dengan hati-hati barang impor. Sebab jika barang impor terus masuk ke dalam negeri, ia khawatir usaha-usaha dalam negeri yang dilakukan oleh anak negeri akan tiarap.
Abbas mewanti-wanti supaya persoalan ini diperhatikan dengan serius, sebab jika dibiarkan akan mengurangi masyarakat kelas menengah dan menambah kelas bawah.
Sementara itu, kepada Muhammadiyah secara khusus, Abbas berharap bukan lagi menjadi pasar dari barang-barang hasil produksi luar, melainkan harus menjadi produsennya. Dalam ekonomi Muhammadiyah, menurutnya harus memperhatikan lima hal. Yaitu ekonominya organisasi, pengurus, anggota, umat, dan bangsa.
“Oleh karena itu apapun yang kita lakukan dalam bentuk ekonomi, kalau bisa first priority nya adalah dengan memajukan ekonomi organisasi,” imbuhnya.