MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALAYSIA— Di Malaysia bukan hanya ada Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM), sebagai lembaga pendidikan milik Persyarikatan Muhammadiyah, tapi di sana Muhammadiyah juga sudah memiliki Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sanggar Bimbingan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia.
Dikutip dari konferensi pers yang diselenggarakan PP Muhammadiyah beberapa waktu lalu, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir menyebut bahwa UMAM merupakan universitas Indonesia pertama yang berdiri di luar negeri. Keberadaan UMAM menjadi kebanggan tersendiri bagi Bangsa Indonesia, dan warga Muhammadiyah.
Sementara itu, Ketua PCIM Malaysia, Sony Zulhuda menegaskan, bahwa berdirinya UMAM adalah bentuk konsistensi Muhammadiyah yang telah lebih seabad lamanya mengawal dan mencerahkan dunia pendidikan. Di sisi lain, usaha pencerdasan yang dilakukan oleh Muhammadiyah juga sebagai bentuk implementasi dari islam rahmatan lil alamin. Gerakan pencerahan yang dilakukan oleh Muhammadiyah menurut Sonny telah dimulai sejak masa KH. Ahmad Dahlan, termasuk gerakan inklusi atau gerakan tanpa sekat kebangsaan, agama, dan kesukuan telah dilakukan sejak saat itu. Gerakan inklusi tersebut sebagai salah satu cikal bakal internasionalisasi gerakan Muhammadiyah.
“Semangat itu yang terus dibawa sehingga terdeklarasi agenda internasionalisasi gerakan persyarikatan Muhammadiyah yang dicanangkan lebih kuat lagi pada tahun 2015 yang lalu di Makassar,” tuturnya pada (13/8).
Pada Muktamar Muhammadiyah tahun 2015 tersebut dirancang beberapa agenda internasionalisasi Muhammadiyah, diantaranya adalah mengenalkan pendidikan moderat dengan wawasan Islam berkemajuan untuk memberdayakan potensi umat di kawasan internasional.
menurut Sonny, Muhammadiyah percaya diri akan agenda internasionalnya, sebab sumber daya yang dimiliki oleh Muhammadiyah cukup untuk melakukan agenda-agenda tersebut.
Pembukaan lembaga pendidikan Muhammadiyah di luar negeri, ucap Sonny, selain misi pencerdasan sekaligus menguatkan kerjasama, baik sesama institusi atau kerjasama lebih besar lagi. Artinya kemanfaatan atas adanya Muhammadiyah bukan hanya bisa dirasakan oleh bangsa Indonesia, dan umat Islam saja, tapi oleh seluruh kemanusiaan semesta.
Dikutip dari berbagai sumber, Muhammadiyah selain berhasil mendirikan lembaga pendidikan pada jenjang universitas, PCIM Malaysia juga telah mengembangkan lembaga pendidikan yang lain. Misalnya pada, Jumat (9/4/2021) PCIM Malaysia meresmikan PKBM Sanggar Bimbingan PCIM di Jl. Raja Alang Kuala Lumpur.
“Selama ini kami mengerjakan TPA yang sifatnya informal. Makanya, begitu ketemu Pusat Kegiatan belajar Masyarakat, Muhammadiyah perlu berpartisipasi dalam program pemerintah. Nanti tidak hanya belajar ilmunya, tetapi juga ada ijazahnya supaya ke depan anak-anak semua mendapatkan kesempatan,” kata Sonny Zulhuda.
Atas capaian yang diukir oleh PCIM Malaysia, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur, Farid Maruf meminta maaf kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia sebab belum bisa menyediakan fasilitas pendidikan. Sekaligus dia berterima kasih kepada Muhammadiyah, sebab telah membantu meringankan tugasnya.
.“Kami atas nama pemerintah meminta maaf belum bisa menyediakan fasilitas pendidikan sebagaimana amanat undang-undang karena yang ada hanya SKIL, sedangkan jumlah anak-anak Indonesia ada puluhan ribu anak,” ungkapnya.
Meski belum mengantongi izin resmi dari Kementerian Pendidikan Malaysia, Sanggar Bimbingan Belajar ini tetap dipersilahkan untuk melakukan kegiatan. Kedepan, anak-anak bisa ikut ujian bukan hanya baca tulis hitung (calistung), melainkan juga akan menggunakan kurikulum Indonesia. Sehingga ketika sudah kembali ke Tanah Air, mereka bisa melanjutkan pendidikan di strata yang sama.