MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Bagi penyelenggara pendidikan jangan menciptakan peserta didik yang tidak imbang antara pengetahuan umum dan pengetahuan agamanya.
Demikian pinta Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy pada (3/9) dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP Muhammadiyah secara daring.
Muhadjir menekankan bahwa jangan berat sebelah dalam memberikan pendidikan kepada generasi bangsa. Sebab jika hanya berat urusan agama yang ditonjolkan maka besar kemungkinan akan lemah dalam urusan dunia, padahal sesuai perintah Allah SWT mengurus urusan dunia juga penting bagi kaum muslim.
“Dua-duanya harus seimbang, karena dalam Al Quran juga begitu,” ungkapnya.
Termasuk jika hanya menonjolkan pendidikan untuk urusan dunia, maka generasi muslim juga besar kemungkinan akan kehilangan peluang berjaya di akhirat kelak. Keduanya harus berimbang, sebab keberhasilan di dunia nanti juga sebagai bekal keberhasilan di akhirat.
Menurutnya, untuk mengejar ketertinggalan umat muslim dari dunia Barat dan lainnya diantaranya dengan melakukan akselerasi dalam pendidikan umumnya. Meski program tahfidz Qur’an baik, tapi program ekstra yang lain tetap tidak boleh ditinggalkan atau diabaikan oleh lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah.
“Kalau perlu harus berada di depan, kalau mau di depan maka belajarnya harus banyak. Anak-anak sekolah di Muhammadiyah belajarnya harus dua kali lipat lebih banyak dibanding yang di luar Muhammadiyah,” katanya.
Konsep pendidikan seimbang tersebut memiliki landasan kuat dalam filosofi pendidikan Muhammadiyah yang diajarkan oleh KH. Ahmad Dahlan. Oleh karena itu, Prof. Muhadjir mendukung upaya Muhammadiyah mendirikan Boarding School sebagai proses pembelajaran yang paripurna dibanding yang lain.
“Dan itu menjadi ciri khas dan keunggulan dari sekolah-sekolah Muhammadiyah,” imbuhnya.
Namun demikian, Muhadjir juga memberikan catatan terhadap sekolah-sekolah Muhammadiyah, di mana masih lemahnya peserta didik dalam penguasaan keterampilan dasar beragama-berIslam. Setidaknya, kata Muhadjir, lulusan sekolah Muhammadiyah mampu membaca Al Quran dengan lancar dan tartil.
“Oleh karena itu diupayakan sudah tuntas pada tingkat pendidikan dasar Muhammadiyah. Jadi anak tamatan SMP atau Tsanawiyah Muhammadiyah harus betul-betul sudah menguasai bacaan Al Quran secara baik,” urainya.