MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Secara umum, syirik terbagi dua: syirik besar dan syirik kecil. Syirik besar dapat menyebabkan seseorang keluar dari keimanan dan menjadi kufur, sementara syirik kecil dapat menyebabkan seseorang berdosa tapi tidak sampai menjadikannya kufur. Di antara contoh syirik kecil ialah perbuatan riya.
Dalam acara Gerakan Subuh Mengaji (GSM) yang diselenggarakan PWA Jawa Barat pada Sabtu (04/12), Cecep Taufiqurrahman mengutip sebuah hadis. “Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah al-syirk al-ashghar (syirik kecil). Maka, para sahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan al-syirk al-ashghar? Beliau menjawab: “Al-Riya,” katanya.
“Jadi riya ini sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah Saw. Bahkan beliau mengingatkan bahwa syirik kecil berupa riya ini lebih samar, jauh lebih halus dari pergerakan kaki semut,” ujar alumni doktoral Ilmu Ushuluddin Universitas Al Azhar Kairo ini.
Riya merupakan perbuatan yang menuntut pujian dan apresiasi dari orang lain bagi setiap kebaikan yang dilakukannya. Misalnya, mengerjakan salat dan membaguskan salatnya dengan harapan agar ada seseorang yang memperhatikannya. Karenanya dalam QS. Al Maun ayat 4 telah menunjukkan bahwa tidak semua orang yang salat diterima amalannya.
“Kalau kita coba pahami QS. AL Maun ayat 4 ini, betapa tidak semua orang yang salat itu tidak akan mendapat kemuliaan, justru mendapatkan kecelakaan, siapa mereka? Yaitu orang-orang yang lalai dan yang ingin diperhatikan orang lain (riya),” terang mantan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Kairo ini.
Cecep mengatakan bahwa bentuk syirik kecil pada zaman ini sering terjadi di belantara sosial media. Di sosial media, bisa saja terjadi perbuatan syirik kecil, jika: 1) diperlakulan lebih penting daripada yang lain, bahkan “seperti lebih penting” dari Allah Swt; 2) seolah-olah teknologi paling penting dan tanpanya terasa hampa; 3) ketergantungan yang berlebih; dan 4) menyebarkan aktivitas kesalehan pribadi.
Hits: 403