MUHAMMADIYAH.OR.ID, PURWOKERTO — Lanjutkan kepeloporan ‘Aisyiyah sebagai pendiri Taman Kanak-kanak pertama di Indonesia, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir pada, Kamis (8/6) meresmikan Gedung SD dan TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Gedung baru SD dan TK ABA UMP dengan luas 100 meter persegi dan tinggi 6 lantai ini berlokasi di Jl. Raden Patah No.25, Ledug Lor, Desa Ledug, Kabupaten Banyumas. Rektor UMP, Jebul Suroso dalam sambutannya menyampaikan pembangunan gedung baru ini menelan biaya Rp. 60 miliar.

Selain bangunan megah dan desain yang futuristik, gedung baru ini juga dilengkapi keamanan untuk memberikan kenyamanan bagi peserta didik dan kepercayaan wali murid. Terkait dengan bentuknya yang tinggi menjulang, Prof. Jebul menuturkan itu merupakan gambaran keinginan untuk melahirkan kader unggul dan memiliki pengetahuan menjulang.
Sekaligus membangun kebiasaan interaksi sejak dini dengan teknologi bagi peserta didik. Sebab gedung ini juga dilengkapi lift dan sarana pra sarana yang jarang ditemukan di SD maupun TK lain. “Lahan bermain juga sudah tersedia, dengan menerapkan keamanan yang lengkap yang bekerja sama dengan Pemerintah Desa Ledug. Di sisi lain, dari sini juga akan lahir kader yang berwawasan global.” Ungkapnya.
Terkait dengan peresmian ini, Haedar Nashir menyampaikan apresiasi. Selain desain gedung yang futuristik, Haedar juga mengapresiasi singkatnya waktu pengerjaan pembangunan Gedung SD dan TK ABA UMP ini. Kepada UMP, imbuhnya, berhasil mengintegrasi program yang dimiliki oleh kampus dengan program Persyarikatan Muhammadiyah.
Guru Besar Sosiologi ini berpesan, sebagai pelopor lahirnya TK di Indonesia, ‘Aisyiyah supaya tidak tertinggal dalam inovasi karena merasa nyaman dengan ‘status’ pelopornya. Maka diperlukan revitalisasi atau tajdid oleh ‘Aisyiyah untuk mengakselerasi TK ABA yang saat ini telah hadir kurang lebih 20 ribu di seluruh Indonesia bahkan di luar negeri.
“Aisyiyah perlu merevitalisasi TK ABA dan melanjutkan kepeloporan sebagai perintis dan survive dengan berbagai tantangan di era sekarang.” Ungkapnya.
“Jangan sampai disalip oleh yang lain, karena merasa nyaman dengan 20 ribu TK ABA. Ini merupakan tantangan, kuncinya jangan rumit dengan urusan administratif.” Lanjut Haedar.
Menyoroti kurikulum belajar, Haedar berharap TK ABA menempatkan anak-anak sebagaimana mestinya. Jangan menerapkan kurikulum untuk orang dewasa bagi TK ABA. Menurutnya, pada tahap ini pendidikan yang dikedepankan adalah humanis, dan tidak menekankan pendidikan agama yang dogmatis.
“Termasuk jangan juga diajari lagu-lagu untuk orang tua, lagu Allahu Akbar karya Buya Hamka itu untuk orang tua. Karena konteks dan pesannya lain,” tuturnya.
Untuk mengakselerasi pendidikan di TK ABA diperlukan langkah nyata, mulai dari Kepala Sekolah sampai dengan guru-gurunya. Dan supaya tidak lata mengikuti pola pendidikan populer dari media sosial, pendidik di lingkungan Persyarikatan diharapkan untuk memiliki kekuatan dalam membaca, baik itu teks maupun konteks atau realitas.
Lembaga pendidikan Persyarikatan Muhammadiyah tanpa terkecuali, diharapkan menerapkan pendidikan holistik untuk mencetak peserta didik dengan kecerdasan integratif. Bukan hanya unggul kecerdasan spirtualnya, tetapi juga emosial, intelektual dan lain sebagainya.
Hits: 2523