MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Founder PT. Paragon Technology and Innovation, Nurhayati Subakat berbagi pengalaman di acara Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48 pada, Kamis (12/5) yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Bandung (UMB) dengan tema “Industri dan Pariwisata Halal: Peluang dan Tantangan”.
Dalam konteks Indonesia, potensi pasar industri halalnya memiliki potensi yang besar. Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 270 juta jiwa, sebesar 87,2 persen beragama Islam, 49,42 persen merupakan perempuan, dan 4 persen penduduk prianya memiliki kesadaran merawat diri di masa pandemi.
“Mungkin nantinya semua pria juga akan merawat diri di masa kedepannya, seperti Korea”. Imbuhnya.
Melihat keadaan tersebut, peluang industri halal di Indonesia meliputi market halal yang besar, momentum masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sesuai syariat, dan halal menjadi lebih inklusif tidak hanya milik kelompok muslim saja. Tapi juga memiliki beberapa tantangan seperti rendahnya kualitas produk halal dari Indonesia, lemahnya ekosistem ekonomi syariah, persaingan global yang semakin kompetitif, dan pasar yang dinamis memiliki tuntutan yang semakin tinggi.
Sedangkan pada tingkat global, potensi pasar industri halal juga memiliki potensi yang besar. Tercatat sejak tahun 2015 pasar halal global terus bertumbuh di seluruh dunia, dan diperkirakan pada 2030 sebanyak 25 persen dari seluruh penduduk dunia merupakan muslim. Belajar dari pengalamannya dalam mendirikan PT. Paragon Technology and Innovation miliknya, Nurhayat Subakat menyebut bahwa perusahaan bukan hanya berorientasi untuk mencari uang. Tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat luas dan lingkungan tempat hidup manusia. Perempuan yang memiliki latar belakang farmasi ini menceritakan, perjalanan 37 tahun PT. Paragon terus melakukan inovasi untuk menemukan formula dan meningkatkan kualitas dengan harga yang lebih terjangkau oleh masyarakat atas produk kosmetik yang mereka jual.
“Di sini kita membuat produk yang berkualitas dengan harga yang tetap bersaing”. Imbuhnya.
Sempat terpuruk akibat mengalami kebakaran, Nurhayati menjelaskan alasannya untuk bangkit karena kepeduliannya terhadap karyawan dan tanggungan piutang dengan supplier. Sampai kemudian beberapa tahun setelah mendirikan tempat baru bagi perusahaannya, ia mendapatkan ide dari rekanan bisnisnya untuk membuat produk kosmetik halal.
“Tapi saat itu tidak langsung sukses, karena pada saat itu santri juga tidak memakai kosmetik, dan juga saya tidak pengalaman. Bisa dikatakan saat itu kita gagal,” ungkapnya.
Senada dengan yang disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam keynote speech seminar ini, Nurhayati sepakat bahwa untuk berkembang penting untuk berkolaborasi. Perusahaan yang dimilikinya ini kemudian banyak berkolaborasi dengan desainer, baik untuk produk lokal dan global.