MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA—Melihat Indonesia dari jauh, Profesor asal Kyushu University, Japan, Nurchasanah Satomi Ohgata menyebut di era demokrasi sekarang, perbedaan pemikiran intelektual dan masyarakat muslim Indonesia semakin mudah ditemukan dan muncul di permukaan.
Meski demikian, dengan berbagai perbedaan yang ada namun di mata Prof. Satomi dunia Islam di Indonesia sangat luar biasa dalam kontribusi perkembangan pemikiran Islam. Sejak tahun 80-an saat dirinya belajar Islam di Indonesia, ada optimism bahwa Indonesia akan berkembang menjadi pusat pemikiran Islam dunia.
“Saya menyaksikan hal itu, dan saya yakin”. Ucapnya pada (4/3) di acara Menyambut Buku Karsa untuk Bangsa, 66 Tahun Azyumardi Azra, CBE yang disiarkan secara virtual.
Sementara itu, Amanda tho Seeth dari Humboldt University Berlin (Transregional Southeast Asian Studies) menyebut bahwa ilmu pengetahuan adalah ruang internasional untuk berinteraksi, berdiskusi, belajar, dan bertukar fakta.
Perkembangan pemikiran Islam di Indonesia dihubungkan dengan dunia internasional melalui para tokoh cendekiawannya, termasuk di antaranya adalah Prof. Azyumardi Azra. Menurutnya cendekiawan Indonesia berperan penting dalam mengenalkan Indonesia, keindonesiaan, dan Islam dan keislaman ke dunia luar.
“Bagi peneliti asing seperti saya kehadiran tokoh intelektual seperti Profesor Azra sangat membantu, terutama dalam menjelaskan, membagi informasi, menghubungkan dan mengenalkan ke berbagai narasumber sehingga membuka pintu yang sebelumnya tertutup”. Ungkapnya.
Lebih spesifik berbicara peran cendekiawan muslim Indonesia, Prof. Azyumardi Azra, Mantan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Amerika Serikat, Prof. Muhamad Ali menyebut bahwa sosok multidimensional seperti Prof. Azra menarik dan penting posisinya di mata intelektual dan pemerhati Islam dan Indonesia di kancah internasional.
“Ada sisi intelektualisme, ada sisi kebangsaan yang kuat, ada sisi local. Bagaimana tradisi lokal, kearifan lokal, wawasan lokal tapi pada saat yang sama juga global. Jadi multidimensionalitas inilah yang menurut saya menjadi benang merah,” tutur Associate Professor, Religious Studies Department & Chair, University of California ini.
Menurutnya, yang menjadi titik paling menarik dari cendekiawan muslim Indonesia adalah menyatunya kecintaan yang tumbuh bersamaan antara kebangsaan dan keislaman. Kosmopolitan cendekiawan muslim Indonesia memiliki akar yang kuat pada tradisi Indonesia.
Hits: 28