MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Pesatnya perkembangan teknologi digital beserta dampaknya bagi perubahan sosial hingga psikologi manusia turut menjadi perhatian Persyarikatan Muhammadiyah.
Setelah meluncurkan Fikih Informasi oleh Majelis Tarjih dan Tajdid (2018), Kode Etik Netizmu oleh Majelis Pustaka dan Informasi (2018), Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menegaskan perhatian dengan memasukkan tema Kesalehan Digital dalam Isu Strategis Muktamar ke-48 tahun 2022.
Menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, keseriusan Muhammadiyah mencari solusi dari disrupsi digital ini dikarenakan pergeseran realitas yang terlampau menantang.
Adaptasi akses informasi digital yang serba cepat dan mudah, kata dia telah mengubah karakter manusia menjadi serba instan. Selain itu, manusia yang mengalami ketergantungan digital cenderung dangkal, tidak mampu berpikir mendalam.
“Sekarang kita punya budaya baru scroll society, masyarakat yang hanya men-scroll saja informasi dan tidak membaca dan mencernanya dengan seksama. Tidak ada proses reflektif, analisis, deepening understanding yang membuat sebagian orang menjadi berpikir secara eklektik dan (sebaliknya justru) melihat persoalan dengan sangat simplistis,” ungkapnya.
Dalam Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah bertajuk Kesalehan Digital: Membangun Ukhuwah dan Dakwah Melalui Media Sosial, Jumat (22/9), Abdul Mu’ti menyebut disrupsi ini menggiring manusia pada pendangkalan kebudayaan, peradaban, hingga pemahaman keagamaan.
Beberapa ahli, kata dia bahkan mengkritik era digital sebagai era kebodohan (era of stupidity). Misalnya Franklin Foer lewat buku berjudul World Without Mind hingga Nicholas Carr lewat buku berjudul The Shallows.
Kedangkalan manusia yang terpapar disrupsi digital itu, parahnya dimanfaatkan oleh sebagian kelompok untuk meluncurkan berbagai propaganda politik hingga ideologis.
“Sehingga sekarang berita di medsos sulit dibedakan mana yang hoax dan mana yang hak, mana berita yang keliru dan mana berita yang benar, mana yang fact (fakta) dan mana yang fake (tipu daya),” jelasnya.
Hal-hal krusial tersebut, kata Mu’ti menjadi alasan Muhammadiyah untuk bergerak. Apalagi mengingat perkiraan bahwa 75% manusia di dunia pada tahun 2025 akan terkoneksi oleh internet.
Oleh karena itu, warga, aktivis, hingga dai Muhammadiyah dia dorong untuk menggunakan medsos sebagai alat dakwah dan merekat ukhuwah dengan kritis dan objektif sesuai semangat Alquran Surat Az-Zumar ayat 18.
“Saya kira Muhammadiyah perlu menjawabnya dan bagaimana mengisi dan menjadikan medsos itu sebagai sarana kita berdakwah dan sarana kita menjalin ukhuwah,” tegasnya. (afn)
Hits: 1758