MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Sebagaimana keberuntungan, bencana juga merupakan bagian dari kehidupan. Sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah rawan bencana alam seperti gempa bumi, erupsi gunung berapi, tsunami, banjir, dan longsor. Agus Taufiqurrahman berharap agar masyarakat diberi ilmu yang cukup saat menghadapi bencana.
“Kita mengingat bencana 15 tahun yang lalu tujuannya agar kita belajar bagaimana menghadapi bencana yang akan datang dengan lebih baik lagi,” ungkap Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman dalam acara 15 Tahun Refleksi Gempa Bumi DIY dan Jawa Tengah pada Kamis (27/05).
Agus mengatakan bahwa para akademisi, relawan, dan pemandu kebijakan telah berupaya melakukan sosialisasi mitigasi bencana, bahkan naskah akademiknya telah disusun sedemikian rapi. Akan tetapi, tutur Agus, aspek terpentingnya adalah implementasi kepada masyarakat.
“Lembaga mitigasi bencana telah banyak, tetapi pertanyaannya adalah kenapa setiap terjadi bencana, bahkan banjir di tempat yang sudah terbiasa banjir sekalipun seolah-olah warga belum siap menghadapi bencana tersebut,” tanya Agus.
Begitu pula dengan longsor. Masyarakat yang sudah terbiasa di tempat rawan longsor, kata Agus, mengapa setiap terjadi longsor masih menyisakan hal-hal yang belum disiapkan dalam mitigasi. Sama halnya dengan gempa bumi yang telah diingatkan oleh sejumlah ilmuwan bahwa Indonesia berada di wilayah lempengan bumi.
“Sesungguhnya kalau itu sudah pahami harusnya perilaku tanggap bencana itu sampai ke tingkat bawah. Kita berharap pertemuan kita ini sampai betul-betul adanya timbul kesadaran tanggap bencana sampai masyarakat luas,” harap Agus.
Sebagai seorang dokter, Agus mengungkapkan bahwa rumah sakit selalu belajar dari sejumlah bencana sehingga memiliki kesiapan tanggap bencana kapan pun terjadi. Agus berharap masyarakat luas juga memiliki kesiapan setiap saat karena bencana dapat terjadi sewaktu-waktu.
Hits: 3