MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Masalah Palestina adalah masalah kemanusiaan global, demikian simpulan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah, Jumat (11/6).
Simpulan tersebut ditarik Haedar dari sejarah kawasan Arabia yang belum menjadi pusat konflik global sebelum datangnya imperium Inggris dan Amerika.
Kendati kronologi konflik telah berakar di Timur Tengah, tapi sebelum kedatangan dua negara itu, Timur Tengah cenderung berkutat dalam konflik di tingkat regional saja.
“Baru setelah Perang Dunia I, Perang Dunia II, Inggris didukung Amerika, lahirlah problem baru dengan berdirinya Israel. Sejak saat itulah kemudian bara dan konflik Timur Tengah itu tidak hanya di wilayah Palestina, tapi di seluruh jazirah Arabia,” ungkap Profesor Sosiologi tersebut.
Aneksasi wilayah beserta praktik politik Apartheid yang dilakukan penjajah Israel menurut Haedar adalah substansi masalah kemanusiaan global yang sengaja diawetkan oleh Inggris dan Amerika. Ironisnya, dua negara ini merupakan salah satu pelopor masalah Hak Asasi Manusia.
“Nah kalau boleh tahu, maka kenapa sekarang Inggris dan Amerika masih bertahan? Kok tidak mau belajar dari sejarah bahwa penjajahan begitu nista dan merenggut semua hal? Apa yang akan terjadi? Amerika kan pernah merasakan sikap Inggris saat itu,” tanya Haedar retoris.
“Jadi kenapa tidak mencoba untuk sudahlah cukup tahun 1947, 1948 melakukan langkah-langkah trouble. Nah sekarang semestinya tidak melaksanakan langkah trouble yang serupa atau lebih mengawetkan konflik dan peperangan di Timur Tengah,” imbuhnya.
“Saya hanya menyampaikan suara moral saja bahwa ini problem kemanusiaan global sebenarnya selain politik. Karena itu warga bangsa Indonesia jangan terpecah soal Palestina ini. Termasuk bagi mereka yang sudah mulai lupa pada sejarah dengan ada simpatik pada Israel itu. Apalagi kalau itu menjangkiti elit,” tuturnya.
“Baca kembali sejarah, baca spirit para pendiri bangsa. Bolehlah terbawa arus suasana politik primordial tapi jangan sampai kemudian jadi pro Israel dan anti Palestina. Karena ini adalah titik ketika kita pernah menderita panjang akibat penjajahan,” tutup Haedar.