MUHAMMADIYAH.OR.ID,MALAYSIA – Politisi senior sekaligus mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia era tahun 1998-2003, Dato Anwar Ibrahim turut menyampaikan bela sungkawa atas wafatnya guru bangsa dan tokoh Muhammadiyah, Buya Ahmad Syafii Maarif.
Dalam Takziah Virtual PP Muhammadiyah untuk Buya Syafii Maarif, Ahad petang (29/5), Anwar mengaku memiliki kenangan dan kesan mendalam dengan almarhum.
Dirinya mengaku terakhir kali bertemu dengan Buya Syafii pada tahun 2008 dalam peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional bersama tokoh-tokoh bangsa di Kota Batu, Malang, Jawa Timur.
“Saya bersama beliau dalam acara panjang sampai tengah malam di Kota Batu, Jawa Timur, saya, Buya Syafii dan WS Rendra (almarhum) bersama dalam acara, mendengar sendiri kepasan Buya tentang Islam, tantangan zaman dan beberapa paparan,” kenang Anwar.
Saat itu, lanjut Anwar, mereka merumuskan pandangan Buya Syafii tentang politik dan pendekatan Islam yang sederhana. Salah satunya yang dapat dilakukan melalui pendekatan-pendekatan budaya setempat dan tradisi dari masyarakat itu sendiri.
Dari kesempatan itu, Anwar mengakui bahwa Buya Syafii menguasai konsep universalitas Islam dalam semangat rahmatan lil ‘alamin yang mampu diterjemahkan dalam tantangan dan tuntutan zaman dan budaya setempat.
Dia juga mengaku kagum dengan intelektualitas Buya Syafii dan pengetahuan tentang masyarakat Indonesia dan Islam yang diolah dengan baik. Di Malaysia, Buya Syafii cukup dikenali karena sempat bertugas sebagai Dosen Senior di Universitas Kebangsaan Malaysia periode 1990-1994.
“Saya sendiri beruntung mengenali beliau, mendapat imbauan dan limpahan ilmu dan pengalaman oleh beliau,” ujar Anwar.
Selain itu, Anwar mengaku masih ingat betapa Buya Syafii yang dikenal sebagai sosok yang sangat lembut kerap pula bersikap tegas dan keras. Terutama, jika membahas hal-hal yang melibatkan isu pemerintah dan tata kelola pemerintahan.
Atas kepergian Buya, Anwar turut menyampaikan ungkapan duka cita kepada keluarga dan rekan-rekan, sahabat, handai umat dan rekan-rekan (agama) lain. Sebab, Buya senantiasa menekankan keragaman, kemajemukan dan pluralitas masyarakat di Indonesia. (afn)
Hits: 18