MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA – Malam kebahagiaan menyambut penggembira Muktamar atau malam Mangayubagyo digelar di Gedung Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jumat petang (18/11).
Malam Mangayubagyo dimeriahkan dengan penyanyi campursari cilik Arda, dan penyanyi utama yaitu Tantri Kotak dan Letto Band.
Ikut menebar kegembiraan, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini turut menyumbangkan nyanyian keroncong Lelo Ledung, Bengawan Solo, dan Sewu Kutho saat menyambut legenda musik Waldjinah dan perwakilan keluarga almarhum Gesang dan almarhum Didi Kempot ke atas panggung untuk menerima penghargaan.
Tiba di acara utama, Letto membawakan lagu Menyambut Janji sebagai pembuka. Penonton pun riuh menyambut gembira.
“Selamat Muktamar. Tidak ada perjalanan mudah, tapi ketika bersandar pada yang sejati, maka tidak ada yang sukar,” ucap Noe, vokalis Letto menyapa penonton.
Setelah itu, Letto membawakan beberapa tembang andalannya seperti Sandaran Hati, Senyumanmu, Lubang di Dalam Hati, dan Permintaan Hati yang disambut oleh penyanyi Kotak, Tantri. Penonton pun larut menyanyikan bersama lagu yang dibawakan.
Setelah itu, Tantri membawakan lagu terakhir berjudul Manusia Manusiawi.
“Lagu ini menjelaskan bahw intinya, manusia itu tugasnya mencari jalan pulang,” kata Tantri.
Setelah Tantri usai, Letto memungkasi dengan hits andalannya seperti Fatwa Hati, Ruang Rindu, Sampai Nanti Sampai Mati, dan Sebelum Cahaya.
Noe yang merupakan putra dari ulama-budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) itu sempat menanyakan filosofi mengapa banyak orang yang pernah memakan buah salak tetapi sedikit sekali orang yang pernah menanam pohonnya.
“Itulah fastabiqul khairat. Yang bekerja sedikit, sedangkan yang merasakan manfaatnya banyak. Semoga Muktamar menjadi cahaya bagi Indonesia,” pungkasnya.