MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Gerakan literasi berdikari menjadi gagasan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhamadiyah (PW IPM) Jawa Tengah pada periode 2017-2019. Pada periode ini PW IPM mengajak pelajar khususnya di Muhammadiyah dan pelajar pada umumnya di Jawa Tengah menjalankan tradisi literasi secara mandiri dalam rangka mengemban kemampuan dan potensi untuk mewujudkan pelajar cerdas, mandiri dan berbudaya.
Gerakan tersebut memiliki lima aspek arahan nilai yaitu keislaman, keilmuan, pembelaan, budaya dan kemandirian. Dibawah kepemimpinan Ahmad Basyirudin, literasi berdikasi itu muncul sebagai bagian dari proses perjalanan ikatan pelajar Muhammadiyah di Jawa Tengah.
Pada periode 2019-2021 dibawah kepemimpinan Nurul Huda, PW IPM Jateng kembali menajamkan gagasan stategis literasi untuk melanjutkan misi gerakan keilmuan sebelumnya yaitu membuat branding literasi berkeadaban.
Muhammad Nurul Huda menjelaskan literasi berkeadaban IPM Jateng adalah upaya mentradisikan ilmu pada suatu tatanan masyarakat (khususnya pelajar) yang berorientasi mencerdasan kehidupan secara lahir dan batin. Secara lahir diartikan dengan adanya kultur keilmuan yang tinggi dan merata, adanya wawasan, kompetensi, kapasitas, serta diimbangi dengan kesadaran partisipasi diberbagai bidang kehidupan. Secara batin diartikan dengan memiliki tauhid yang kuat dan dalam interaksi sosial mengedepankan akhlak yang mulia berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam.
“Dalam konteks IPM, literasi berkeadaban merupakan formulasi pemikiran-pemikiran untuk membangun masyarakat ilmu didasari oleh pondasi keadaban mulia, sebagaimana hakikat ilmu menjadikan manusia beretika dan bermoral serta memiliki spirit untuk membangun sebuah tatanan sosial masyarakat yang lebih maju dan rukun,” jelas Muhammad Nurul Huda saat dimintai keterangan Muhammadiyah.or.id, pada (1/3).
Bentuk kerja nyata IPM Jateng dalam mentransformasikan literasi berkeadaban sebagai berikut: Pertama, sowan pelajar adalah kegiatan silaturrahim dan audiensi ke lingkup persyarikatan, pemerintahan, dan antar OKP bertujuan menjaga hubungan dan kolaborasi progam kerja sinergis di Jateng.
Kedua, Al-‘Ashr School adalah kegiatan diskusi tematik yang difokuskan untuk berinteraksi dengan tataran grassroot, PW IPM Jawa Tengah mendatangi Pimpinan Ranting yang ada di sekolah-sekolah. Al-‘Ashr School menjawab tantangan persoalan kesenjangan dan jarak antara tingkatan atas dan bawah.
Ketiga, magnum opus merupakan aktivitas membaca, berdiskusi dan menulis yang hasil oautputnya dibukukan sebagai bentuk gerakan keilmuan dan budaya menulis.
Keempat, dai mellenial adalah aktivitas dakwah bagi kader IPM yang menjadikan pelajar sebagai pendakwah untuk teman sebayanya. Dakwah ini dilakukan secara langsung melalui pengajian dan kajian serta secara tidak langsung dengan konten-konten kreatif keislaman.
Kelima, student scholarship adalah jaringan dan menghubungkan penyedia beassiswa bagi kader IPM untuk mengakses pendidikan tinggi bagi kader-kader IPM Jateng di perguruan tinggi negeri, Muhammadiyah dan perguruan tinggi lain.
Keenam, madrasah advokasi pelajar merupakan edukasi serta pelatihan kader IPM dalam rangka menyerap aspirasi suara pelajar. Advokasi ini juga fokus pada pendampaingan hukum, persolan ekologi, pendampingan teman sebaya dan persoalan pendidikan yang dihadapi pelajar.
Ketujuh, studentpreneur (pelajar berwirausaha) yaitu menyiapkan kader-kader IPM untuk mendiri dalam menghadapi tantangan perkembangan. Mandiri dalam konteks organisasi maupun individu dengan kegiatan kongkritnya membuka pusat-pusat bisnis serta memberdayakan kader.
Kedelapan, pelajar berbudaya progam ini mendorong kader IPM memposisikan diri sebagai tiang penyangga kebudayaan bukan berdiri berlawanan dengan nilai-nilai dan tradisi kebudayaan. Cara sederhana ini adalah mengapresiasi budaya dengan pagelaran karya seni dan budaya serta diskusi yang melibatkan utamanya pelajar.
Kesembilan, bank sampah adalah progam pengumpulan sampah kemudian dipilah-pilih sehingga bisa didaur ulang menjadi barang ekonomis dan nilai kreativitas. Progam ini dimaksudkan sebagai sentralissi pembuangan sampah di sekolah agar memiliki nilai edukasi, ekonomi, kreativitas, berfikir kritis dan kecintaan terhadap lingkungan.
Hits: 457