MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Mengapresiasi tema milad Nasyiatul Aisyiyah ke-93 tahun, Sabtu (7/8) Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Shoimah Kastolani mendorong Nasyiatul Aisyiyah terus memperluas kerjasama dan jaringan dalam melakukan gerak khidmat kemanusiaan.
Kerjasama dan berjejaring dianggap penting oleh Kastolani sebab permasalahan yang dihadapi umat dan bangsa Indonesia di abad ini tidak sederhana dan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Apalagi, isu kemanusiaan kini mulai beragam dari krisis lingkungan hidup hingga ekonomi yang melibatkan kartel-kartel besar.
“Oleh karena itu kita kaum perempuan termasuk ‘Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah yang sering juga disebut ibu-ibu muda harus paham bahwa saat ini kita berada pada lingkungan hidup abad kedua (Muhammadiyah), abad yang kita pahami modern, dan kita bagian dari bangsa ini hidup di tengah ideologi kapitalisme dan neo liberalisme global. Oleh karena itu kita harus menunjukkan jati diri kita, mengukuhkan diri kita bahwa kita ini ada di dalam lingkungan tajdid dan dakwah di dalam masyarakat,” jelasnya.
Dalam berjejaring, Muhammadiyah menurut Kastolani telah mencontohkan sejak awal tahun 2000 di mana fokus gerak kemanusiaan Muhammadiyah mulai dipertebal. Misalnya dengan pendirian Lazismu pada 2002 yang diikuti dengan beberapa peristiwa bencana nasional.
“Diawali dengan tsunami Aceh tahun 2004 yang saat itu saya menjabat bendahara umum PP ‘Aisyiyah, saya bolak-balik Aceh untuk membangun kembali Aceh terutama sekolah-sekolah PAUD ‘Aisyiyah Busthanul ‘Atfhal yang sebagian besar rusak parah,” ungkapnya.
Setelah kejadian tsunami dan berbagai pelayanan kebencanaan, Muhammadiyah menurutnya mulai mendirikan lembaga penanggulangan bencana MDMC yang hadir di Rohingya hingga Palestina.
Ternyata, pengalaman-pengalaman itu menurut Kastolani memberikan kesimpulan bahwa dalam kerja kemanusiaan tidak bisa optimal jika dilakukan dengan berjalan sendirian. Maka, konsep kebersamaan pun lahir lewat OMOR (One Muhammadiyah One Response).
Dari beberapa contoh itu, Kastolani berharap Nasyiatul Aisyiyah semakin memperluas jaringan baik dengan organisasi lain di dalam Muhammadiyah ataupun dengan NGO dan pemerintah.
“Kontribusi dalam kerja kemanusiaan tidak perlu sendiri-sendiri karena kita bisa bersama-sama. Namun mungkin kalau kita bisa aplikatif sampai ke masyarakat, perempuan bisa juga melalui gerakan nyata dalam ta’awun sosial seperti yang sudah dilakukan oleh ‘Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah,” terangnya.
“Tadi ada (program) Pashmina, Buana, kegiatan gerak kemanusiaan yang tentu saja bermakna. Tidak ada perubahan yang lebih efektif selain bekerjasama baik antara kelompok masyarakat,” pungkasnya.
Hits: 7