MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Selama ini stok mubaligh dakwah untuk komunitas muslim di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal) dianggap belum mencukupi.
Menjawab permasalahan ini Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah telah menggarap beberapa skema solusi selain Rihlah Dakwah. Di antaranya adalah membuat jaringan pengkaderan berjenjang.
LDK membentuk dai berkualitas lewat jalur pondok pesantren Muhammadiyah yang setelah lulus mereka diharuskan menyelesaikan kuliah di fakultas Pendidikan Agama Islam (PAI) terlebih dahulu.
“kita mengenal ada beberapa pendidikan ulama, misalnya di UMY ada pendidikan Ulama Tarjih, kemudian di UMS Surakarta, ada juga di UMM Malang, UMSU, Palangka Raya, Pontianak,” ungkap Ketua LDK PP Muhammadiyah M. Ziyad dalam Diskusi Reflektif Bulan Ber-Muhammadiyah Tvmu, Sabtu (11/12).
Di samping skema menggandeng Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) untuk membentuk mubaligh yang matang, LDK juga menerima kader-kader Persyarikatan yang mengajukan diri sebagai mubaligh.
Skema selanjutnya, menurut Ziyad LDK juga merekrut para santri potensial dari keluarga kurang mampu untuk kuliah agama Islam di PTM dengan beasiswa dari Lazismu. Program pengabdian masyarakat dialihkan pada dakwah di daerah 3 T.
“Saya kira ini juga akan membantu adik-adik ini dalam pembangunan Sumber Daya Manusia sekaligus ketika dikirim sebagai dai ke daerah-daerah jangann dibayangkan tidak makan dan lain-lain, yakinlah in-tanshuruullaha yanshurkum, jika kamu menolong agama Allah, Allah akan menolongmu dan alhamdulilah banyak contoh,” ungkap Ziyad.
Skema lain, LDK sedang mengusulkan agar para dosen agama Islam memiliki kewajiban melakukan pengabdian masyarakat dengan turun di wilayah 3 T. Di sana, para dosen melatih pemberdayaan masyarakat sekaligus memberi pelatihan dai-dai lokal.
“Dosen-dosen PAI ini bisa dikirim ke daerah dengan konversi pengabdian masyarakat sehingga semua dosen agama itu bisa merasakan kenikmatan ilmu dengan berdakwah di lapangan,” pungkasnya.
Hits: 34