MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – ‘Aisyiyah kini berusia 107 tahun menurut hitungan Hijriyah (27 Rajab 1335 H – 27 Rajab 1443 H) atau 104 tahun dalam perhitungan Miladiyyah (19 Mei 1917 M – 19 Mei 2021 M). Peringatan tasyakuran dan refleksi Milad sebagai forum mengekspresikan rasa syukur atas penghidmatan ‘Aisyiyah sekaligus merefleksikan perjalanan panjang selama 104 tahun. Begitu disampaikan Ketua Umum PP Áisyiyah Siti Noordjannah Djohantini.
“Kesyukuran kita juga atas nikmat dan perlindungan Allah, Aisyiyah sebagai Gerakan Perempuan Islam yang tertua di Indonesia menapaki abad kedua mengemban misi dakwah dan tajdid bagi kepentingan umat, bangsa dan kemanusiaan semesta,”ungkapnya, Rau (19/5) dalam Gelaran Milad Áisyiyah secara daring.
Perjuangan Aisyiyah yang telah lebih satu abad sebagai pelopor gerakan perempuan Islam berkemajuan yang terlibat dalam memajukan kehidupan perempuan dan bangsa Indonesia, hadir memenuhi panggilan suci dan mulia untuk mewujudkan Islam rahmatan lilalamin.
Panggilan dakwah tersebut, dilanjutkan Noordjannah, lahir dari nilai-nilai Islam yang berkemajuan dan telah digerakkan melalui praksis amaliyah ‘Aisyiyah dalam berbagai bidang kehidupan, seperti peneguhan keagamaan (spiritualitas), pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, hukum, ekonomi, pendidikan politik kewargaan, perkaderan, dan bidang lannya. Keberhasilan Aisyiyah dalam mengemban misi dakwah merupakan rahmat Allah SWT yang harus disyukuri sebagaimana disebutkan daam Q.S. Ibrahim/14: 7.
Momentum milad ini bersamaan dengan perayaan Idul Fitri 1442 H pada tanggal 13 Mei 2021. Atas nama Pimpinan Pusat Aisyiyah mengucapkan “Selamat Idul Fitri 1442 H”, Taqobbalahu minna waminkum, Mohon maaf atas salah dan khilaf. Semoga Allah menerima amal ibadah puasa ramadan kita dan menjadikan kita insan yang semakin bertakwa. Milad sekaligus silaturahim Idul Fitri ini kita maknai sebagai refleksi kita dalam menjalankan perintah Allah selama bulan ramadan untuk meraih takwa dan Milad Aisyiyah sebagai refleksi perjalanan organisasi dalam menjalankan misi dakwah pencerahan bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.
Memperingati Milad ke-104 juga berada dalam suasana bangsa dan dunia masih menghadapi pandemi covid-19 yang telah berdampak luas dalam segala aspek kehidupan antara lain, bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan bahkan kehidupan sosial lainnya.
“Pandemi Covid-19 dan dampaknya dalam berbagai aspek kehidupan merupakan tantangan cukup berat bagi kehidupan umat dan bangsa Indonesia. Permasalahan pandemi saat ini beriringan dengan permasalahan lainnya yakni perkembangan teknologi informsi dengan penggunaan media sosial yang tidak bertanggung jawab, maraknya hoax, pandangan dan narasi-narasi yang memunculkan konflik,fitnah, perpecahan,dan pencemaran nama baik,” jelas Noordjannah.
Noordjannah juga mengungkap permasalahan lainnya yang masih memprihatinkan seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, kekerasan termasuk kekerasan dan ketidakadilan terhadap perempuan dan anak, korupsi, penyalahgunaan wewenang dalam pemerintahan, kebijakan pemerintah yang belum optimal termasuk dalam menangani pandemic Covid,produk legislasi yang kontroversi, oligarki politik dan masalah keumatan dan kebangsaan lainnya.
“Permasalahan yang begitu kompleks tersebut jika tidak memperoleh perhatian yang serius dan penuh tanggung jawab dari pemerintah dan para elit pimpinan bangsa sesuai dengan mandat kontitusi, maka akan semakin berat beban dan dikhawatirkan terjadi perpecahan di tubuh bangsa,” pesannya.