MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, mengisahkan, pada masa lampau, Nabi Muhammad saw berhasil mempertemukan kaum pendatang dari Mekah dan kaum setempat yang ada di Madinah. Kaum yang berada di Madinah tersebut sudah ada yang muslim dan ada juga yang tidak.
Diantara kaum tersebut ada suku Aus dan Khazraj yang sudah bertahun-tahun selalu bertengkar, berselisih bahkan berperang lalu kemudian mereka masuk Islam.
“Suatu ketika mereka begitu tampak rukun, damai, guyub dan mesra. Ada oknum Yahudi yang tidak suka melihat kerukunan itu, perdamaian antara Aus dan Khazraj. Kemudian dia menyelinap masuk ditengah-tengah kerumunan mereka yang sedang mesra. Sang Yahudi yang provokator itu menyulut dan mengungkit peristiwa di masa lampau ketika Aus dan Khazraj bertengkar, berperang,” kisah Haedar.
Tentu saja, masa lalu yang terungkit itu menimbulkan trauma pada keduanya dan memicu kembalinya pertengkaran. Nyaris saja Aus dan Khazraj bangkit untuk saling bertengkar kembali sampai terdengar oleh Nabi Muhammad saw.
Kemudian Nabi merukunkan sekaligus berkata “Apakah kalian mau mendengarkan ocehan kaum jahiliyah yang ingin membangkitkan kembali kalian untuk bertengkar?”
Haedar melanjutkan melihat Aus dan Khazraj yang hendak kembali bertengkar, nyaris saja mereka seperti berdiri di tebing jurang neraka.
“Artinya bahwa ketika kita ingin membangun solidaritas sosial, solidaritas umat, solidaritas bangsa, solidaritas lebih luas lagi kemanusiaan maka selain hal-hal yang positif harus terus kita kembangkan tetapi pada saat yang sama kita harus seksama kita harus waspada tanpa paranoid terhadap benih-benih dan kemungkinan provokasi yang membuat kita tidak solider lagi, yang membuat solidaritas kita itu luruh, longgar dan kemudian rapuh maka silaturahmi ini tentu pertama mempertautkan hubungan yang sudah terjalin bagus,” terang Haedar, Jumat (4/6).