MUHAMMADIYAH.ID, MAGELANG – Dikenal aktif melakukan kampanye anti rokok, Muhammadiyah ternyata tidak lepas tangan dengan kondisi para petani tembakau.
Ketua Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang Retno Rusdjijati mengungkapkan berupaya mengadvokasi petani tembakau untuk beralih pada pertanian lain yang lebih produktif dengan dukungan pemberdayaan dan pelatihan.
Salah satu yang dilakukan MTCC adalah terlibat dalam pembentukan Sekolah Tani, yaitu program berkesinambungan terkait inovasi dan teknologi pertanian yang digarap oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan diluncurkan pada Sabtu, (10/4).
“Sekolah ini diselenggarakan atas dorongan dari petani tembakau yang mengalami permasalahan terkait harga dan tata niaga yang tidak stabil, ini menjadi solusi bagi mereka,” jelas Retno membuka acara.
Sebelumnya, MTCC pada tahun 2020 sempat melakukan survey terkait penghasilan petani tembakau di masa pandemi Covid-19.
Dengan mengambil sampel 40 petani pada 8 kecamatan di Kabupaten Magelang dan Temanggung, harga tembakau yang amat murah senilai Rp7500/kg merosot menjadi Rp2500/kg.
Jumlah produksi tembakau sendiri dalam empat tahun terakhir mengalami peningkatan signifikan dari 27.924 ton/tahun menjadi 48.359 ton/tahun. Namun, peningkatan itu tidak diikuti dengan peningkatan harga beli tembakau dari para petani.
Data Sirkesnas dan Riskesdas terkait konsumsi tembakau menunjukkan peningkatan dari 8,8 persen (Sirkesnas 2016) ke 9,1 persen (Riskesdas 2018). Meski angka itu naik, harga tembakau dan nilai cukai rokok tidak memenuhi asas keadilan bagi para petani tembakau.