MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Penguasaan sektor ekonomi merupakan modal paling dasar dalam mewacanakan berbagai hal di dalam kehidupan. Karena itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak para mubaligh Muhammadiyah menyisipkan pesan semangat berniaga dalam agenda dakwahnya.
Dalam Pengajian Bulanan PWM Sulawesi Selatan, Sabtu (6/11) Haedar lalu mengutip pesan yang pernah disampaikan mantan Wakil Presiden RI bahwa dari 100 orang kaya, kaum muslim hanya berjumlah 10. Sementara dari 100 orang miskin, 90 di antaranya adalah kaum muslimin.
“Dalam piramida sosial ekonominya memang iya. Pertanyaannya apakah umat Islam mau bangkit membangun ekonomi, wirausaha, dan bisnis supaya yadul ulya, di atas yadus sufla. Ini perlu gerakan ekonomi yang luar biasa dan perlu gerakan yang produktif,” kata Haedar.
“Ekonomi itu kan luas, bisa berniaga dengan siapa saja. Tapi kalau sehari-hari kita sibuk dengan melototi orang, sehari-hari menghabiskan waktu tidak produktif, sehari-hari umat Islam itu ramai, berteriak, tapi tidak produktif ya mohon maaf, kita tidak bisa membangun ekonomi,” imbuhnya.
Selain merupakan praktek yang tidak mudah, berniaga itu juga butuh dukungan moral dan teologis. Haedar lalu mendorong para mubaligh menghargai karya-karya ekonomi umat dengan menyebut bahwa perniagaan adalah upaya menjadikan dunia sebagai ladang akhirat, bukan justru sebagai bagian dari cinta dunia.
“Tabligh-tabligh kita juga harus menghargai karya-karya ekonomi. Jangan belum apa-apa sudah (bawa ayat) wa ma hayatud-dunya illa mataul ghurur (dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu),” ingatnya.
“Tidak mungkin kita bisa menjadi muzakki kalau kita tidak berniaga dan tidak menghargai bisnis. Selalu melihat orang sukses di bidang bisnis itu dengan anggapan curiga menempuh cara negatif,” kata Haedar.
“Arahkan diri kita. Ibda’ bi nafsik. Mulai dari diri kita. Jangan terlalu sering telunjuk itu keluar karena ibu jari dan kelingking ke diri kita. Kalau kita sering menyoroti pihak luar, lupa pada diri sendiri. Umat Islam bisa maju jika Ibda’ bi nafsik dan prasyaratnya itu tadi (kemandirian)”, tegasnya.
Hits: 1