MUHAMMADIYAH.OR.ID, CILACAP — Rasulullah tidak hanya menegakkan dan mengajarkan bagaimana ibadah dan moral, tetapi juga mengajarkan umat agar membangun kekuatan ekonomi umat. Artinya, kekuatan ekonomi umat ini sama pentingnya dengan ibadah.
Secara historis dalam Persyarikatan Muhammadiyah pun sejak KH Ahmad Dahlan digerakkan para tokoh yang berlatar belakang saudagar atau entrepreneur. Setelah itu Muhammadiyah juga mendorong pimpinan di berbagai daerah melakukan pengembangan ekonomi berbasis Amal Usaha Muhammadiyah.
Menurut Deni Asyari, apa yang dilakukan Muhammadiyah tersebut merupakan pergeseran paradigma dari jihad reaktif melawan sesuatu (al jihad lil-mu’aradhah) menuju jihad proaktif membangun sesuatu (al-jihad lil-muwajahah).
“Semangat jihad Muhammadiyah bukanlah jihad yang lil-mu’arradhah, bersifat konfrontatif, bukan reaksioner, melainkan al-jihad lil-muwajahah atau konstruktif, solutif, dan alternatif,” ungkap Direktur PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammadiyah ini dalam acara pengajian bisnis bersama PDM Cilacap pada 04 September 2021.
Deni menerangkan bahwa andai jihad yang dipedomani Muhammadiyah ialah al-jihad lil mu’aradhah, maka satu-satunya kemampuan yang dimiliki hanyalah rasa amarah, emosi, dan banyak keluhan. Dengan al-jihad lil-muwajahah, Muhammadiyah membangun pusat-pusat keunggulan yang bukan hanya jadi alternatif tapi juga solutif bagi masyarakat luas.
“Muhammadiyah tidaklah bersikap seperti itu melainkan al-jihad lil-muwajahah. Kita melahirkan alternatif, mereka punya ritel, bagaimana kita punya ritel. Mereka punya usaha penerbitan buku, kita jawab dengan membuat usaha penerbitan buku,” tutur Deni.
Deni mengingatkan bahwa sikap reaktif itu biasanya cukup dengan bicara dan berdebat. Maka Muhammadiyah dan umat Islam seyogyanya jangan terbuai dengan sikap-sikap reaktif yang boleh jadi tampak heroik, tetapi tidak produktif.