MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG — Kelahiran Muhamamdiyah tidak lain adalah untuk memberi solusi atas persoalan yang dihadapi oleh umat, bangsa, dan kemanusaiaan semesta. Menurut KH. Ahmad Dahlan, Islam tidak cukup hanya dipercayai sebagai sebuah kebenaran, namun juga harus melahirkan tindakan yang membawa pencerahan.
Demikian disampaikan oleh Budi Setiawan, Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) PP Muhammadiyah pada (28/3) dalam Gerakan Subuh Mengaji ‘Aisyiyah Jawa Barat. Islam yang diyakini kebenarannya oleh KH. Ahmad Dahlan waktu itu belum bisa memberi solusi. Dirinya melihat waktu Islam sebagai agama yang pemeluknya terbelakang, terjajah, dan miskin.
“Maka dengan pemahaman agama beliau, ia melihat bukan salah Islamnya. Tetapi karena ketidaktepatan umat Islam menjalankan agamanya,” kata Budi
Berangkat dari itu Budi sampi sekarang berkeyakinan bahwa hadirnya Muhammadiyah memang selalu sebagai solusi atas segala persoalan bangsa. Dari itu, semangat Al Ma’un dan Tanwir (pencerahan) adalah suatu yang harus terus menerus dihidupkan.
Turunan dari semangat solusi untuk negeri ini mewujud dalam sendi-sendi dakwah yang dilakukan oleh majelis dan lembaga di bawah naungan Muhammadiyah. Seperti model dakwah Muhamamdiyah melalui penanggulangan bencana. Muhammadiyah memang tidak menginginkan adanya suatu bencana, akan tetapi jika bencana terjadi, Muhammadiyah harus siap menjadi solusi.
“Lembaga penanggulangan bencana adalah badan pembantu pimpinan yang bergerakn dalam lingkup kebencanaa. Serta tetap dalam kerangka da’wah sesuai dengan identitas dan tujuan Muhammadiyah,” tuturnya
Budi menjelaskan, bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah da’wah, meskipun dalam implementasinya tidak hanya terkait dengan bertabligh, karena bisa juga melalui advokasi, penanggulangan bencana, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Dalam penanggulangan bencana, Budi menyebut, kegiatan LPB murni dilakukan karena perintah Allah dan dijalankan sesuai dengan kaidah perinsip kemanusiaan secara umum. Dan sasaran atau yang akan dibantu adalah semua orang tanpa membedakan latarbelakang. Prinsip ini merupakan pengejahwantahan dari tafsir Al Ma’un yang disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan.
“Al Ma’un itu tidak menyebutkan secara iman, tetapi al masakin (orang miskin) dan yatim itu yang harus dibantu. Ketika Kiyai Dahlan ngomong sama Kiyai Sudja’ untuk membantu anak yatim, Kiyai Dahlan juga tidak pernah minta tolonglah anak yatim, orang miskin, melainkan siapapun dia harus dibantu,” tandas Budi.
Hits: 11