MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL – Kontribusi dan peran ‘Aisyiyah dalam membangun perempuan di Indonesia baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pembangunan juga bidang sosial tidak perlu diragukan lagi. Indonesia tentu pantas dan niscaya bersyukur dengan kehadiran ormas-ormas Islam terutama juga perempuan salah satunya ‘Aisyiyah.
Hal tersebut disampaikan Siti Noordjannah Djohantini dalam Webinar Moderasi Indonesia untuk Dunia via daring, Senin (15/11).
“Ini sebagai modal sosial yang luar biasa bahwa ada kekhasan Indonesia ini bagaimana organisasi keagamaan dalam hal ini Muhammadiyah yang turut serta mendirikan negara ini sehingga harus terus dijaga dan mendapatkan kesempatan atau bahkan penghargaan atas ikhtiar sejak belum kemerdekaan termasuk juga ‘Aisyiyah dalam perjuangan Indonesia dengan para perempuan,” tutur Ketua Umum PP ‘Aisyiyah ini.
Dijelaskan Noordjannah ‘Aisyiyah sebagai inisiator dari adanya kongres perempuan yang kemudian kongres itu menjadi pondasi dari pergerakan perempuan Indonesia. Setelah itu hadir Kowani.
Hal tersebut menunjukkan sejatinya para perempuan bersinergi dengan banyak pihak untuk memperjuangkan kemerdekaan. Maka, apabila Indonesia mendapatkan mendapatkan presidensi G20 Noordjannah mengimbau agar Pemerintah juga melibatkan pejuang-pejuang perempuan. Menurutnya hal itu menjadi sangat penting dan relevan.
“‘Aisyiyah ini organisasi perempuan progresif bagaimana Muhammadiyah dipandang oleh banyak peneliti dan ilmuan dari luar termasuk Pak Hefner bahwa ‘Aisyiyah ini adalah organisasi perempuan yang sangat besar dan tidak harus riya,” ungkapnya.
Bahkan, lanjut Noordjannah, sejak 106 tahun yang lalu kita masih konsen dan beristiqomah membangun bangsa ini. “Sehingga forum G20 yang menjadi presidensi ini harus menguatkan bagaimana peran-peran organisasi masyarakat sipil terutama dalam hal ini perempuan-perempuannya harus jadi bagian untuk meguatkan Indonesia,” terangnya.
Sebagai organisasi perempuan yang progresif ‘Aisyiyah bergerak dengan komitmen pada nilai-nilai bahwa perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang sama untuk menggerakkan dan mengembangkan dakwah, termasuk dalam beramal shaleh dalam kehidupan tanpa diskriminasi ( An-Nahl: 97)
“Jadi nilai agama itu menjadi dasar yang kuat sehingga tidak akan pernah ‘Aisyiyah mundur dari pergerakan 106 tahun yang lalu,” kata Noordjannah.
Seperti Muhammadiyah, selama ini ‘Aisyiyah bergerak dengan kemandirian. Hal itulah yang menurut Noordjannah membuat ‘Aisyiyah bisa berkembang dalam pendidikan hingga ke pelosok negeri bahkan merambah ke luar negeri.