MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL—Saat manusia meninggal dunia, maka terputus sudah amal jariahnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, doa anak yang saleh, dan ilmu yang bermanfaat. Terang Haedar Nashir sambil mengutip sebuah hadis dalam acara Pengajian dan Peletakan Batu Pembangunan Masjid Ahmad Dahlan yang diselenggarakan PCM Banguntapan Selatan pada Rabu (30/03).
“Alhamdulilah saya bisa hadir di salah satu PCM terbaik, PCM Banguntapan Selatan. Syukur masjidnya mau dibangun jadi lebih baik, SDM alam juga nampaknya terwujud, dan gerakan Muhammadiyah bangkit dan meluas menjadi ormas yang bermanfaat bagi masyarakat,” ucap Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.
Haedar menerangkan bahwa semua yang berpartisipasi dalam pembangunan masjid Ahmad Dahlan, baik dari segi tenaga maupun harta, lebih-lebih yang mewakafkan tanahnya, akan dicatat sebagai amal jariyah yang pahalanya akan terus deras meskipun jasadnya telah di liang lahat. Seorang wakif yang menyerahkan sebagian hartanya untuk keperluan ibadah dan kesejahteraan umum tentu akan mendapat tempat terhormat di sisi Allah.
“Semua yang berpartisipasi dalam pembangunan akan jadi amal jariyah. Muhammadiyah membangun amal usaha bukan hanya untuk kesejahteraan umum tetapi juga sebagai bentuk pengabdian kepada Allah,” tutur Haedar.
Haedar menuturkan bahwa bila belum mampu menyerahkan sebagian hartanya di jalan Allah, maka didiklah anak jadi saleh. Ia berpesan kepada seluruh orangtua agar merawat anak-anaknya untuk senantiasa ingat beribadah kepada Allah. Juga berpesan kepada anak-anak agar menjadi qurrata ayun yang senantiasa hormat serta berbuat baik kepada kedua orangtua, guru, dan sesama.
“Kita harus mendidik anak-anak menjadi anak yang saleh. Agar mereka menjadi orang-orang yang selalu mendoakan kita. Ajarkan mereka salat, belajar tekun, dan berbakti kepada orang tua. Mungkin ini akan jadi jariyah bagi kita kelak,” ujar Haedar.
Langkah terakhir agar pahala terus mengalir adalah memiliki ilmu yang bermanfaat. Haedar mendorong segenap kader Muhammadiyah agar terus mencari ilmu tanpa lelah. Sebab tradisi ilmu merupakan perwujudan dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad. Dengan ilmu pula seseorang dapat secara seimbang menjalani kehidupan dan menebar maslahat bagi semesta alam.
“Selain tetap beramal jariyah dengan wakaf dan sedekah, mendidik anak, dan mencari ilmu terus menerus. Kalau ini digabung maka akan jadi Islam berkemajuan,” tutur Haedar.