MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir percaya Sumatera Barat (Sumbar) dengan tradisi besarnya dimana lahir para tokoh nasional dan tokoh umat Sumbar akan mampu menyambung mata rantai membangun bangsa dan negara Indonesia yang justru punya kekayaan sintesis antara adat dan sara’.
Dalam konteks kebangsaan menurut Haedar penting untuk dipahami, biarpun dalam relasi sehari-hari ada masalah, tetapi karena terjadi kurangnya komunikasi terkadang tidak selalu pas dalam konteks, misalnya isu mengenai masalah jilbab yang semestinya bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Maka dari itu, orang nomor satu di Muhammadiyah ini menyarankan agar sebaiknya semua pihak bisa menyelesaikan masalah dengan bil hikmah (arif bijaksana), apalagi dengan local wisdom (kearifan lokal) baik dari pemerintah maupun lewat peta kekuatan masyarakat tidak selalu menyelesaikan dengan otoritas.
Menurutnya permasalahan ini terjadi karena adanya sumbatan-sumbatan komunikasi tetapi dalam situasi lewat media sosial isu-isu lokal menjadi gampang menasional tanpa dipahami konnteks-konteks yang lebih mendalam, yang kalau dituruti luas sekali spektrumnya nanti bisa terjadi di Aceh, Papua, Bali.
“Kalau semuanya kita, tidak melakukan usaha komunikatif antara ormas dan pemerintah nanti tidak selalu bisa menyelesaikan masalah. Otoritasnya bisa tetapi menyelesaikan masalah belum tentu, disitulah pentingnya kearifan,” saran Haedar seperti dikutip Muhammadiyah.or.id.
Saran tersebut disampaikan Haedar dalam memberikan amanat peletakan batu pertama Pembangunan Masjid Kampus IV Payakumbuh Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) melalui daring, pada Jumat (5/2/2021).
Dalam kesempatan yang sama Hedar Nashir juga menyarankan agar elemen bangsa, masyarakat dan semua pihak untuk bisa merajut membangun bangsa dan negara dengan nilai-nilai ruhani, nilai-nilai budaya dan nilai-nilai kearifan untuk kemajuan umat dan bangsa.